Mohon tunggu...
Handra Deddy Hasan
Handra Deddy Hasan Mohon Tunggu... Pengacara - Fiat justitia ruat caelum

Advokat dan Dosen Universitas Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Biarkan Pulsa, Bit Coin, Go pay, dll Menggerus Rupiah

9 September 2020   11:25 Diperbarui: 9 September 2020   11:33 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bit Coin (Foto: everesthill.com)

Tiada orang yang tak suka
Pada yang namanya Rupiah
Semua orang mencarinya
Dimana Rupiah berada

Walaupun harus nyawa sebagai taruhannya
Banyak orang yang rela cuma karena Rupiah.

Penggalan lirik lagu dangdut H Rhoma Irama yang populer di tahun 70an diatas, berusaha menggambarkan sosok rupiah. Haji Rhoma berusaha menyampaikan bagaimana orang memandang rupiah. Siapakah Rupiah eh salah, maksudnya apa itu Rupiah ?  Rupiah adalah nama mata uang di negara Republik Indonesia. Rupiah berperanan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah teritorial negara Indonesia.

Sebagaimana Amerika Serikat menamakan dollar untuk mata uangnya, sedangkan Malaysia menamakan Ringgit untuk mata uangnya. Namun rupiah sebagai nama mata uang punya banyak perspektif, tidak hanya dua, seperti yang sering dikatakan orang "dua sisi mata uang". Salah satunya sebagaimana disampaikan H Roma di senandung lagu dang dut diatas. Rupiah bisa membuat orang gelap mata. Hanya dengan beberapa lembar rupiah orang bisa menjadi sadis, sanggup disuruh untuk melakukan pembunuhan.

Manusia bisa melakukan kekejaman diluar batas kemanusiaan, seperti membunuh ibunya sendiri hanya gara2 kemaruk dengan rupiah. Pernah terjadi kejadian tikam2an dengan benda tajam, antara sesama saudara sekandung karena rebutan warisan yang notabene rebutan untuk mengangkangi rupiah.

Sebaliknya rupiah bisa mengangkat harkat martabat insan di dunia. Lingkungan akan memandang orang yang kaya, sebagai makhluk yang mulia dan terhormat. Orang berpunya akan diperlakukan dengan hormat dan takzim. Tindakan yang tidak sopan, seenak udel bukan konsumsi para miliarder. Akselerasi peningkatan kepemilikan rupiah bagi seseorang berbanding lurus dengan peningkatan harkat kemanusiaannya di tengah masyarakat.

Puncak penjelmaan rupiah dihadapan manusia adalah ketika rupiah diakui sebagai tuhan oleh manusia. Tidak sedikit orang menyembah rupiah sebagai dewa. Hidup dan matinya dipasrahkan demi mengejar rupiah. Tidak ada waktu sedetikpun, kecuali hanya memikirkan bagaimana cara memperoleh rupiah. Tipe manusia seperti ini akan tersungkur sujud bila diimingi2 rupiah.

Padahal hakekatnya rupiah hanya ciptaan manusia yang berfungsi sebagai alat tukar. Sudah merupakan fitrah bagi manusia menjadi makhluk sosial. "Zoon politicon", kata filusuf Aristoteles. Dalam proses bersosialisasi manusia saling ketergantungan satu sama lain. Apa yang dipunyai oleh seseorang dibutuhkan oleh orang lain, begitu sebaliknya. Dengan pola pergaulan seperti itu pertukaran kepemilikan antara sesama manusia menjadi keniscayaan.

Pada awalnya, pada jaman purba pertukaran tidak membutuhkan alat tukar. Misalnya daging kambing yang dimiliki oleh suku pemburu bisa ditukar secara langsung dengan buah2an atau sayuran dari suku yang bercocok tanam.

Dalam jaman modern model pertukaran secara langsung sudah tidak memadai lagi.
Manusia jaman modern selain kebutuhannya makin beragam juga punya keinginan yang makin kompleks. Sulit kalau masih menggunakan metode pertukaran secara langsung, "apple to apple", seperti jaman purba. Agar pertukarannya terlaksana dengan sempurna dibutuhkan alat tukar.

Tujuannya bukan hanya sekedar praktis, tapi juga agar pertukaran diharapkan berkeadilan dengan memberikan harga untuk barang yang ditukar. Begitulah, akhirnya manusia modern menemukan, menciptakan alat tukar yang dinamakan "uang". Itulah sebenarnya esensi dari yang dinamakan "uang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun