Mohon tunggu...
Handoko
Handoko Mohon Tunggu... Programmer - Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Lulusan Elektro, karyawan swasta, passion menulis. Sayang kemampuan menulis cuma pas-pasan. Berharap dengan join ke kompasiana, bisa dapat pembaca yang menyukai tulisan-tulisan receh saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Etika Beriklan Model Testimonial

28 September 2021   09:11 Diperbarui: 28 September 2021   09:26 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gbr diambil dr justfreeslide.com

Apapun media yang digunakan, rasanya tidak ada seorang pun dari kita yang lolos dari sergapan seekor singa lapar yang namanya konsumerisme, salah satu gigi-gigi tajam yang dia gunakan untuk menerkam korban namanya adalah iklan.

Sah-sah saja sih memperkenalkan produk dan memancing keinginan penonton untuk membeli, selama kebebasan untuk memutuskan itu tidak direnggut dari konsumen. Terkadang iklan yang menjelaskan kelebihan-kelebihan produk yang dijual dengan elegan, malah membantu kita menemukan solusi dari permasalahan yang sedang kita hadapi.

Ada macam-macam model iklan, ada yang menggunakan selebriti dan orang terkenal sebagai strateginya. Ada pula yang mengait penonton dengan jingle yang catchy dan nempel di otak.

Dari bermacam-macam model iklan, ada satu yang mengusik nurani saya.

Iklan yang dikemas dalam bentuk memberikan testimoni atau kesaksian tentang produk yang sedang dijual. Dulu biasanya iklan model seperti ini, dipakai untuk berjualan produk-produk kesehatan. Entah itu alat bantu pijat, gelang untuk memperlancara peredaran darah, ramuan herbal, dsb.

Namun dengan berjalannya waktu, iklan model testimoni ini sekarang merambah ke produk-produk jualan yang lain.

Misalnya iklan Binomo, yang katanya menjual perjudian tapi dikemas dengan kemasan forex; dan masih banyak lagi model iklan testimoni yang berusaha memikat penonton untuk terjun dalam dunia investasi, umumnya forex, memakai platform yang mereka sediakan.

Yang terbaru yang saya tahu, iklan model testimoni ini juga dipakai untuk menjual produk kursus Bahasa Inggris dan kursus bermain alat musik.

Kenapa nurani saya terusik, apa ada yang salah dengan memberikan testimoni mengenai suatu produk tertentu?

Ya tidak ada yang salah, kalau ... kesaksian atau testimoni yang diberikan itu memang benar demikianlah kenyataannya.

Akan tetapi, dari sekilas pengamatan saya, menurut perasaan saya, kok ada kemungkinan bahwa di antara sekian iklan bermodel testimoni ini, kesaksian yang diberikan ini hanyalah sebuah script belaka. Bukan sesuatu yang benar-benar dialami oleh orang yang berada di dalam iklan tersebut. Bukan sebuah pengalaman nyata setelah menggunakan suatu produk tertentu.

Bahwa orang yang ada dalam iklan itu bercerita seakan-akan terbantu oleh produk tertentu itu, sebenarnya mungkin bahkan tidak pernah memakai produk itu, dan hanya sekedar berakting, sedang memerankan sebuah sosok yang seakan-akan memberikan sebuah testimoni tentang pengalaman dia dalam memakai produk yang dijual tersebut. Alias menjual kepalsuan.

Semoga saja saya salah.

Akan tetapi kalau benar memang yang terjadi adalah demikian, pertanyaannya, apakah hal seperti ini bukan sebuah penipuan? 

Kalaupun tidak bisa diproses secara hukum, bukankah mereka ini sebenarnya melanggar etika? Ada kepercayaan yang dilanggar. Sebuah ikatan antara penjual dan pembeli, di mana kejujuran menjadi sebuah nilai penting.

Ya ... tapi siapalah saya ini. Kenapa juga mesti sok-sok beretika, belum tentu hidup saya sendiri sudah benar.

Pihak yang beriklan bisa pula berkilah bahwa memang iklan itu hanyalah sebuah film pendek yang memperkenalkan produknya. Meski tentu pertanyaannya, kenapa dikemas sedemikian rupa sehingga orang akan berpikir bahwa yang mereka lihat adalah sebuah cerita nyata dari seseorang yang pernah memakai produk tersebut?

Sekedar berbagi pikiran saja dan bagi kita yang berada di posisi konsumen, semoga bisa lebih bijak memilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun