Susah sekali kan? Butuh kreativitas dan kemampuan untuk mengolah berbagai informasi yang sebelumnya ada dan menghubungkannya dengan apa yang ingin digambarkan.
Demikian pula bagi yang membaca, pembaca harus berusaha menangkap dan menghayati, spirit atau roh di balik kata-kata yang tertulis, mencari konotasi dan rasa yang muncul, ketika sebaris kata bergabung menjadi kalimat, dan belasan kalimat bersatu menjadi paragraf.
Dalam proses membaca dan menulis, otak dipaksa untuk bekerja lebih keras dalam menganalisa dan mendeduksi, untuk sampai pada kesimpulan yang kurang lebih sama, antara penulis dan pembaca.
Terkadang dalam proses kreativitas membaca itu, pembaca bisa mendapatkan makna yang lebih dalam, daripada apa yang berusaha dituliskan oleh penulisnya.
Latihan untuk memahami dan menuangkan sebuah konsep yang abstrak inilah yang membuat literasi menjadi tidak tergantikan.
Untuk memahami sesuatu yang sudah ditemukan, baik itu suatu skill, atau pengetahuan, memang ilustrasi dan animasi jauh lebih unggul.
Tetapi untuk melatih seseorang mampu memahami konsep yang abstrak dan berpikir kreatif, menurut hemat saya, tidak ada yang bisa menggantikan proses membaca dan menulis. Sebagai pelatih sel abu-abu kecilmu, mon ami, tidak ada yang bisa menggantikan literasi.
Padahal, terobosan baru dan penemuan baru, salah satu modal utamanya adalah kemampuan untuk berpikir kreatif dan abstrak.
Itu sebabnya, tingkat literasi, tingkat kemauan dan kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis, adalah sesuatu yang perlu diperjuangkan oleh setiap pemerintahan yang ingin negaranya jadi maju.
Terlalu jauh kalau bicara pemerintahan. Kita kembalikan saja ke diri kita masing-masing. Sudahkah anda banyak-banyak membaca dan menulis?