Mohon tunggu...
Handoko
Handoko Mohon Tunggu... Programmer - Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Lulusan Elektro, karyawan swasta, passion menulis. Sayang kemampuan menulis cuma pas-pasan. Berharap dengan join ke kompasiana, bisa dapat pembaca yang menyukai tulisan-tulisan receh saya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Platform Digital adalah Masa Depan Dunia Literasi

24 Agustus 2021   14:46 Diperbarui: 24 Agustus 2021   14:51 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ebook perlahan-lahan mulai menggerogoti pasar buku fisik. Platform-platform menulis secara digital, berkembang bak jamur di musim hujan.

Memang sampai saat ini, penerbitan ternama masih menjadi tolok ukur bagi mereka yang ingin menjadi penulis profesional. Kalau belum ada karyanya yang diterbitkan oleh salah satu penerbit besar di Indonesia, rasanya belum layak untuk menyandang nama penulis. Tidak ada yang salah dengan cara pikir yang demikian, saya pribadi juga belum bisa lepas dari paradigma itu.

Bagaimana pun juga, ada seleksi yang ketat untuk bisa menembus penerbit yang sudah mapan. Sehingga naskah yang lolos, sudah bisa dikatakan, mutunya pasti terjamin.

Akan tetapi, menurut saya pribadi, perlahan-lahan pemikiran seperti ini akan tergeser. 

Sama seperti bagaimana YouTube, TikTok dan berbagai macam media video, perlahan menggeser peran media visual konvensional. Perlahan-lahan platform menulis digital perlahan-lahan akan menggeser penerbitan konvensional. 

Bayangkan saja, stasiun TV pun menyediakan sebagian ruang dan waktunya untuk menayangkan video viral (entah acara TV apa itu, saya kurang tahu, heeheehee). 

Kalangan generasi muda pun lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton YouTube daripada menonton acara stasiun TV tertentu.

Maka bermunculan pula konten kreator-konten kreator, yang tidak "umum", kadang konten yang disajikan pun jauh dari kata manfaat dan isi. Bahkan kadang subscribernya bisa lebih besar dari konten yang secara umum bisa dikatakan lebih berbobot. Meskipun terkadang mengundang pandangan dan komentar sinis dari beberapa pengguna media tersebut, tapi kalau kesuksesan itu diukur dari berapa pundi-pundi uang yang mereka hasilkan, maka tidak bisa disangkal bahwa mereka adalah konten kreator yang sangat sukses.

Di sinilah, menurut saya ada fenomena yang menarik.

Yaitu ketika platform digital memberikan ruang pada siapapun untuk berkarya dan mengekspresikan diri mereka di dalamnya, maka muncullah kejutan-kejutan. Ketika penilaian akan suatu karya itu diberikan ke khalayak luas dalam bentuk subscribe dan like, maka standard mutu yang biasanya jadi tolok ukur akhirnya mau tidak mau harus diredefinisi kembali. Apa yang bagus dan menarik menurut seorang editor dan/atau redaksi, belum tentu bagus dan menarik untuk umum.

Maka mereka yang selama ini dipandang sebelah mata, akhirnya punya kesempatan untuk unjuk gigi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun