Mohon tunggu...
Handoko
Handoko Mohon Tunggu... Programmer - Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Lulusan Elektro, karyawan swasta, passion menulis. Sayang kemampuan menulis cuma pas-pasan. Berharap dengan join ke kompasiana, bisa dapat pembaca yang menyukai tulisan-tulisan receh saya.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jadi Bagian dari Cinta Segitiga Itu Tak Selalu Hina

10 Agustus 2021   15:54 Diperbarui: 10 Agustus 2021   16:19 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari https://unsplash.com/photos/CzyKdV_Zjmo

Sebagai papah muda, tadinya saya ingin membahas cinta segi tiga dalam situasi di mana sebagai orang tua, seringkali akan mengalami ketegangan antara cinta sebagai suami ke isteri dan cinta sebagai ayah ke anak. 

Beruntung saya meminta nasehat dari Mbah Google sebelum mulai menulis. Menurut hasil terawangan Mbah Google cinta segitiga adalah cinta romantis yang melibatkan tiga orang. Jadi otomatis premis yang tadinya siap-siap mau saya tulis harus gugur sebelum lahir, karena istilah cinta segitiga mensyaratkan cinta romantis di antara tiga pihak yang terjerat di dalamnya.

Kasihan idenya ya... gugur sebelum dilahirkan.

Kembali ke topik tentang cinta segitiga. 

Pada umumnya ketika seseorang tercebur ke dalam hubungan cinta segitiga, maka pilihan yang diambil adalah mundur, mendepak pihak yang menjadi saingan, atau tetap bertahan dalam kerahasiaan (karena umumnya tidak ada yang mau diduakan).

Di negara yang masih memiliki tradisi dan nilai-nilai yang mengijinkan poligami atau poliandri, tentu ada pilihan di luar pilihan di atas. Yaitu ketika cinta segitiga itu disahkan secara hukum.

Namun yang ingin saya bahas di sini adalah pilihan lain yang tidak umum (yang sudah umum buat apa dibahas, kan bikin bosen ya).

Masih ada pilihan lain, pilihan yang jalan dipilih orang, atau biar keren kita pakai istilah "the road less travelled", ^_^.

Yaitu terus menjaga cinta yang dimiliki di dalam hati, meski tak bisa saling memiliki.

Di sini salah satu pihak dalam cinta segi tiga itu memilih untuk mengubah cinta eros-nya menjadi cinta yang platonik. Mencintai tanpa mengharapkan balasan. Dia tetap hadir dalam hubungan kedua pihak yang lain sebagai sahabat keluarga dan di saat yang sama tidak menjalin hubungan romantis sendiri dengan melepaskan cintanya yang pertama tadi.

Bucin? Bodoh? Unrealistic and naive (sok-sokan pakai Bahasa Inggris dikit ga apa-apa kan ya).

Wajar sih kalau muncul penilaian seperti itu dan dibilang bodoh ya bodoh, dibilang bucin ya bucin. Apalagi kalau kata nasehat orang tua, "Dunia itu tak selebar daun kelor."

Tapi di sisi lain, bukankah itu yang kita bayangkan tentang "cinta"?

Sebuah emosi dan kekuatan yang tak lekang oleh waktu. Dia rela berkorban dan rela menunggu. Tak terkikis, meski tak berbalas.

Di sini saya pikir kita bisa melihat, bagaimana manusia memiliki kemampuan untuk melampaui kemanusiaannya. Sesuatu yang bisa menjadi sangat banal dan rendah, ketika ego dan nafsu bicara, sehingga cinta segitiga = perselingkuhan. Bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang inspiratif dan mengagumkan, ketika mereka yang terjerat di dalamnya memilih untuk bersikap melampaui dorongan ego dan keinginan manusiawi.

Cobalah jujur, bukankah cinta segitiga yang diangkat martabatnya oleh pilihan sulit seorang insan manusia itu memiliki daya tariknya sendiri? Buktinya lagu-lagu Bebi Romeo untuk Meisya bisa bikin banyak pendengarnya klepar-kleper kan?

Jangan juga katakan itu tidak mungkin, karena kalau kita mau membuka mata, nyatanya ada kok cerita-cerita nyata, kisah romantis tentang cinta segitiga yang memilih jalan yang berat itu. Tidak melepaskan cinta tapi juga tidak melanggar norma.

Sebuah pilihan yang mungkin hadir di belakang bak truk-truk di jalanan dalam bentuk sebuah kalimat yang membuat kita tertawa, "Kutunggu jandamu."

Sebuah ungkapan atas cinta yang tak lekang oleh waktu dan mau menunggu.

Namun saran saya sendiri sih, kalau terjebak dengan cinta segitiga, lebih baik mundur. Sebab saya sendiri lebih suka manut kata orang tua, "Dunia itu nggak selebar daun kelor."

Sebuah pilihan yang hadir karena menyadari kelemahan saya sendiri, yang tak tahan perihnya cinta, kalau cuma bisa mencintai tanpa bisa memiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun