Mohon tunggu...
Handi Yawan
Handi Yawan Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Fiksi & Kreator Komik

Tinggal di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Piknik ke Negeri Piramid #9

27 Januari 2020   14:33 Diperbarui: 27 Januari 2020   14:34 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

satu, ada beberapa benda yang sama mengikuti dari belakang.

Setelah diamati ternyata mesin itu adalah robot-robot berkaki empat.
Tinggi kaki-kaki robot puluhan meter, sehingga mereka leluasa melangkah diantara genangan air dan puing-puing gedung runtuh.
Langkah kaki yang berat menimbulkan sibakan air yang keras sehingga timbul ombak kecil menerpa tepi puing-puing gedung.

Bentuk robot seperti seekor gurita yang keempat belalainya dipakai berjalan.
Pada kepala setiap robot terlihat ada sepasang moncong senapan, masing-masing di sisi rahangnya. Langkah kaki robot-robot terlihat berat, tetapi kepala gesit bergerak ke segala arah seperti seekor capung mencari mangsa.
Dua mata robot yang besar nyalanya berwarna kuning terang dibandingkan warna cat tubuh robot yang antik silver.

Maksud hati Herman dan Amanda hendak melihat apa yang terjadi, namun belum juga kaki melangkah, mereka mendengar suara tembakan beruntun!

Beberapa orang yang membawa senjata api berlari mencari tempat perlindungan di antara reruntuhan. Sementara yang lain menghujani robot-robot dengan tembakan senjata api dari berbagai penjuru.

Saat itu mereka melihat Ben Nassor membawa senjata api pula dan beberapa kali sempat ikut menembaki robot-robot. Herman dan Amanda bersembunyi kuatir kena peluru nyasar.

Herman dan Amanda dibuat bingung dengan kejadian mendadak di hadapannya.
Ternyata di sini sama tidak menyenangkan dibandingkan dunia yang baru saja mereka tinggalkan. Di sini sedang terjadi konflik bersenjata dan mereka terjebak diantara pertempuran yang tidak mereka harapkan.

Tiba-tiba ujung senapan robot yang selalu menyalakan cahaya merah memuntahkan cahaya panas kearah orang-orang yang bersembunyi.
Robot yang paling dekat telah membalas serangan para manusia yang ibarat semut bersembunyi dalam sarang koloninya.

DUARRRR!!! Muntahan cahaya menghancurkan sasaran.
Serangan cahaya panas telah menghancurkan tempat persembunyian.
Orang-orang yang terkena tewas seketika dengan tubuh hangus, tergelatak diantara puing-puing.

Robot-robot terus bergerak mencari sasaran lain dan mengabaikan tembakan balasan dari musuh.

Tembakan-tembakan yang dilancarkan manusia tidak banyak berakibat kerusakan pada robot-robot raksasa.

Dalam persembunyiannya Herman menilai pertempuran ini tidak seimbang.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun