Mohon tunggu...
Handika Arisandy
Handika Arisandy Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, Kini melanjutkan pendidikan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Jadilah seseorang yang berguna bagi orang lain, jangan pernah merugikan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Prank Youtuber kepada Ojek Online untuk AdSense, Sebuah Analisa Teori Transportasi)

4 Januari 2020   20:23 Diperbarui: 4 Januari 2020   20:52 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Youtube/KERESAHAN HATI


Sumber Gambar: Youtube/KERESAHAN HATI
Sumber Gambar: Youtube/KERESAHAN HATI
YouTube merupakan platform media digital berbagi video yang memiliki beberapa peraturan, akan tetapi masih ada video yang tidak sesuai dengan syarat dan kriteria yang berlaku di YouTube seperti konten prank, pada awalnya mulanya konten prank yang dibuat oleh para content creator bertujuan untuk menggugah rasa empati dari penonton akan tetapi malah reaksi atau tanggapan dari para penonton banyak yang merasakan kekesalan (negatif).

Para content creator malah mengkomodifikasikan para driver ojek online. Komodifikasi adalah cara transformasi suatu barang, jasa, atau tenaga dari seseorang dengan bertujuan untuk menjadikan objek dagang sehingga dapat menghasilkan keuntungan (uang) (Mosco, 2009) sebagai sebuah alat untuk menghasilkan AdSense yang diperoleh dari YouTube.

Walaupun pada akhirnya content creator YouTube tadi mengakui bahwa driver ojek online sedang ada dalam content prank-nya dan memberikan sejumlah uang (yang lebih dari harga yang dipesan).

Melanie Green dan Timothy Brock menggambarkan tentang transportation theory, ketika seseorang atau individu yang terhanyut (terangkut) dalam sebuah cerita atau cerita dari dunia realitasnya yang disajikan sebuah media (Littlejoh, Foss, & Oetzel, 2017). Sehingga mereka karena terlalu hanyut dalam sebuah cerita atau narasi sampai pada titik lupa waktu dan kehilangan tempat (realita) selain itu penonton mengalami emosi yang kuat (positif atau negatif) sesuai dengan cerita atau narasi yang disajikan (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017).

(Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017).  "Orang-orang dapat terangkut (hanyut) ketika membaca, menonton, atau mendengarkan berbagai jenis media" (p. 167). Melanie Green dan Timothy Brock menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa individu dapat terangkut (hanyut) dalam sebuah cerita atau narasi:

  • Memiliki suatu hal yang bisa dibayangkan seperti alur cerita, karakter dari peran (yang terdapat dalam cerita), dan apakah cerita itu seperti hal yang nyata.
  • Proses terangkutnya penonton juga tergantung pada kedekatan materi, tingkat pendidikan, kemudahan, dan sejauh mana ketertarikan dari penonton terhadap cerita atau narasi yang ditontonnya (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017).

Theory transportation ini memiliki konsekuensi yang penting bagi khalayak:

  • Transportation dapat memiliki manfaat bagi khalayak yang menonton seperti melarikan diri dari realitanya, transformasi diri, dan meningkatkan empati.
  • Transportation dikaitkan dengan kenikmatan bagi penontonnya termasuk koneksi dengan karakter dan interaksi dengan media.
  • Transportation dikaitkan dengan perubahan perilaku dan sikap dari penonton, penonton dapat memilih bagaimana atau apa yang ingin dirasakan dari karakter yang terdapat dalam alur cerita tersebut (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017).

Tom van Laer dan rekan-rekannya mengkaji atau memperluas model transportation theory yang dikemukakan oleh Green dan Brock, mereka menjelaskan bahwa karakteristik dari pembuat cerita atau narasi berpengaruh kepada khalayak yang menonton pada tingkat transportasi naratif, dan transportasi dikaitkan dengan berbagai hal hasil, termasuk respon afektif (emosional), pemikiran kritis, kepercayaan, sikap, dan niat untuk bertindak setelah menonton atau terhanyut dalam cerita yang disajikan (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017).

Cerita yang disajikan pada kasus ini adalah content creator YouTube prank ojek online. Khalayak yang menonton terpengaruhi oleh media atau content prank ojek online yang ada di YouTube. Karena penonton membayangkan (ikut hanyut) dalam narasi atau cerita content prank mereka berada pada posisi driver ojek online penonton merasa kesal (emosional) karena para driver ojek online sedang melakukan pekerjaan yang menyangkut dengan keberlangsungan hidup dari keluarganya, akan tetapi ketika sebuah pekerjaan dijadikan bahan (content) prank merupakan tindakan yang salah, para content creator YouTube sudah memanfaatkan para driver ojek online untuk dijadikan sebuah tema atau bahan (komodifikasi) yang dijual kepada khalayak dengan cara mengunggahnya ke sosial media YouTube sehingga dapat menghasilkan keuntungan (uang) yang didapatkan dari AdSense YouTube.

Content creator YouTube seharusnya dapat menyajikan video yang lebih bermanfaat yang tidak merugikan orang lain dan harus lebih sesuai dengan peraturan yang ada di YouTube seperti yang sudah ditulis oleh Hartoko (2011) di bukunya yang berjudul Berlomba Jadi Populer di YouTube dan dapat dilihat juga di situs resmi YouTube. 

Karena khalayak yang menonton video content-content yang ada di platform YouTube dapat bertransportasi (hanyut) dalam narasi atau cerita (video) yang ditonton. Sehingga para content creator tidak hanya mementingkan untuk popularitas semata yang berdampak pada meningkatnya jumlah view dalam videonya dan cenderung mengkomodifikasikan seseorang sebagai bahan atau topik dalam videonya.

Dampak yang ditimbulkan juga banyak dampak akibat (negatif) seperti komentar-komentar pada gambar di atas respon negatif banyak diberikan dalam kolom komentar yang ada di YouTube.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun