Statistik berbicara, bahwa Ronaldo menjadi pemain yang paling berkeringat di Juventus. Ironisnya, tak ada pemain lain yang jumlah takaran keringatnya menyamai, atau paling tidak, mendekati keringat Ronaldo.
Kesenjangan nilai rapor ini, sayangnya cuma diartikan sebagai buah dari sistem yang tak berjalan baik. Seolah skema pelatih sebelumnya sudah usang, sehingga ia layak dijadikan satu-satunya kambing hitam. Padahal kita tahu, persoalannya bukan di situ.
Itulah mengapa, Juventus memilih jalan pintas. Menggonta-ganti sistem mereka lewat pergantian pelatih, namun menutup mata pada lubang-lubang yang semestinya dihilangkan terlebih dulu.
Sistemnya diganti, namun penyokong sistemnya tidak ditingkatkan. Ya apa bedanya dengan ban bocor, tapi yang diperbaiki malah spion yang kendor?
Untuk menyerang, Juventus mengandalkan Ronaldo. Mencetak gol, mengandalkan Ronaldo. Bertahan, Ronaldo. Serangan balik, Ronaldo.
Ronaldo tidak hanya menjadi pemain kunci, Ronaldo adalah Pak Luhut bagi Juventus. Apa-apa diserahkan kepada Ronaldo. Sementara pucuk pimpinan tertinggi di Juventus, hanya bisa melengos ngeles tiap kali dipertanyakan kinerjanya, seraya menjawab; "Ya ndak tau, kok tanya saya?"
Hari ini Ronaldo sudah tak lagi berseragam hitam-putih. Ia telah pulang ke Manchester, setelah sedekade lebih berpetualang dari menang ke menang.
Bukan tilikan rekor yang membuatnya pulang, bukan pula iming-iming soal masa depan. Ronaldo pulang, murni ditenagai oleh cinta. Sesuatu yang tak membuatnya harus berpikir dua kali, meski menerima pinangan klub yang bermusim-musim tengah pincang.
Debut kepulangannya semalam, tidak hanya suguhan manis bagi para penggemarnya. Tetapi juga ironis bagi klub yang ditinggalkannya. Sebab sepeninggal Ronaldo, Juventus kini memiliki lubang yang lebih besar lagi.
Ronaldo tampak amat menikmati pertandingannya semalam. Ada gairah besar yang hangatnya bisa menembus layar gawai, entah bagaimana menjelaskannya. Efektifitas serangan yang optimal, permainan satu-dua yang cepat. Sebuah suguhan yang amat menyenangkan dinikmati.
MU sendiri terlihat lebih padu semalam, seolah mereka telah menemukan lagi kepingan dari tubuhnya yang hilang, yakni sosok kepemimpinan. Sesuatu yang tak bisa diisi oleh pemain manapun, dan rupanya hanya bisa dilengkapi oleh Ronaldo seorang.