Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perihal Emre Can dan Patah Hatinya Itu

3 Februari 2020   10:42 Diperbarui: 3 Februari 2020   10:56 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emre Can, sumber : Kompas.com

Pekan demi pekan berlalu, namun tak ada tanda-tanda menggembirakan bagi Emre Can. Sarri yang dikenal keras kepala, lebih memilih menempatkan Matuidi ataupun Khedira untuk mengisi posisi yang biasa dijalankan Can. Kritikan demi kritikan datang silih berganti, menyoroti permainan Juve yang membosankan. Namun Sarri tak bergeming, yang penting ia bisa memetik poin penuh. Itu sudah lebih dari cukup. Sementara Can? Ia kian kehilangan kepercayaan diri.

Di akhir musim 2018-2019 lalu, Liverpool, klub yang ditinggalkan oleh Can, berhasil meraih gelar juara Liga Champions untuk yang ketujuh kalinya. Bahkan di musim ini, klub berjuluk The Reds ini, diprediksi tak akan menemui kesulitan untuk meraih trofi Liga Inggris pertamanya, setelah puluhan tahun lebih berpuasa gelar.

Dalam hati Can, tentu ada begitu banyak penyesalan yang bergejolak, menyesaki dirinya saat ini. Pindah dari klub yang pada akhirnya menjadi juara Eropa, menuju ke sebuah klub yang justru menjadikannya pilihan kedua, bahkan ketiga.

Saat saya menuliskan ini, Jakarta sedang diguyur hujan sejak semalam. Tak begitu deras, namun cukup beringas, membawakan ingatan-ingatan lama mengenai patah hati terhebat di hidup saya. Sesekali saya teringat, bagaimana sampai hatinya saya, melukai orang-orang yang pernah menaruh hatinya di genggam tangan ini. Dan tak ada yang lebih nikmat dari apa yang saya rasakan sekarang, kecuali melarutkan diri pada lagu-lagu sedih, kemudian menyalahkan diri sendiri.

Tetapi berbeda dengan Emre Can, ia terlihat sudah mulai berusaha tersenyum kembali, menatap latihan perdananya, bersiap melakoni debut bersama rekan-rekan barunya di Borussia Dortmund.

Tentu ini bukan hal mudah bagi Can, memulai kembali segala sesuatunya dari titik nol, menyesuaikan diri, menyiapkan tenaga untuk segala kemungkinan-kemungkinan baru. Namun jika bukan sekarang, mau sampai kapan? 

Terkadang, kita memang enggan melepas nyaman peluk patah hati, bukan semata karena kita senang melihat diri sendiri terluka, apalagi dikasihani. Melainkan karena kita tak ingin buru-buru beranjak, dari apa-apa yang pernah kita pelihara, utamanya dari seseorang yang pernah membuat kita merasakan kembali getar rindu, serta syahdunya dicintai, dipercayai.

Emre Can adalah satu, dari sedikit orang yang tak ingin berlama-lama jatuh di pelukan patah hati. Ia memilih untuk melangkahkan kakinya sekali lagi, mengupayakan kembali apa-apa yang menurutnya perlu untuk diperjuangkan. Mungkin mengenai impiannya mengecap Euro 2020, atau barangkali mengenai banyak hal lain, yang coba ia tutupi dari tiap senyum manis miliknya itu.

Ia tahu, berlama-lama meratapi patah hati di bangku cadangan Juve, tak mungkin bisa membawanya ke mana-mana. Terlebih ke mimpi-mimpinya yang terlanjur ia gantungkan begitu tinggi.

Ia sadar, satu-satunya cara untuk meraih tujuan-tujuannya tadi, ialah dengan merelakan segala hal yang terlanjur ia buat, bersama klub yang tak lagi menginginkannya. Ia mengerti, langkahnya kali ini akan menjadi teramat berat dan sulit. Namun itu tak ada artinya, ketimbang terus berdiam diri, menunggu sesuatu yang barangkali tak kunjung tiba.

Tidakkah kita juga begitu seharusnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun