Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Si Doel, di Persimpangan Menjemput Sarah atau Pulang Kembali ke Zaenab

15 Januari 2020   12:11 Diperbarui: 17 Januari 2020   02:07 2369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zaenab atau Sarah, Doel? | (Sumber: KOMPAS.com/DIAN REINIS KUMAMPUNG)

Rasanya seperti baru kemarin, saat oplet yang dikendarai Doel, seorang pemuda asli Betawi, bersama kenek yang juga pamannya sendiri, Bang Mandra, tak sengaja ditabrak dari belakang oleh sebuah sedan yang dinaiki dua gadis gedongan, Atiek dan kawannya, Sarah.

Atiek yang terlihat begitu emosi karena merasa oplet milik Doel yang berhenti mendadak, saling beradu argumen dengan Bang Mandra, yang saat itu justru tak terima. Bang Mandra merasa mobil Atiek lah yang menabrak oplet, sehingga kemudian ia terpental ke depan, dan bibirnya menjadi jontor.

Namun siapa yang menyangka, dari insiden tabrakan yang terjadi di sekitaran jalan Cinere-Gandul ini, justru meninggalkan kesan yang begitu mendalam, baik bagi si Doel, maupun bagi Sarah.

Keduanya bahkan jadi sering dipertemukan oleh banyak kebetulan dan ketidaksengajaan, yang kemudian melahirkan banyak kisah manis yang ringan, tidak lebay, dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Pelan tapi pasti, penonton mulai dibuat jatuh cinta dengan jalan cerita yang sederhana, namun kaya akan persinggungan antartokoh yang berbeda latar belakang sosial dan budaya. 

Kita sering dibuat terpingkal-pingkal saat Bang Mandra yang Betawi tulen, berseteru dengan Mas Karyo yang asli Jawa. Bertengkar soal hal-hal yang remeh-temeh. Kadang soal burung, kadang soal tata krama, namun kemudian mereka bisa akur lagi.

Kita juga masih ingat, bagaimana kekonyolan Babe Sabeni, Ayah Doel, yang sering melontarkan celetukan-celetukan jenaka, semisal "Hey, orang kampung, anak gue udah jadi tukang insinyur!"

Atau semisal saat ia bertemu dengan pengusaha Tionghoa, Koh Ahong, yang ketika itu tak bisa berbahasa Indonesia. Keduanya pun berbicara dengan bahasa antah-berantah yang entah apa maksudnya. Namun kita semua tertawa karenanya.

Kepiawaian Rano Karno dkk mengemas sang tokoh utama "Si Doel" menjadi sosok lelaki jujur, rendah hati, namun sangat peragu, serta sering lamban dalam mengambil keputusan karena terlalu banyak pertimbangan. Membuat kita yang menonton seringkali merasa gemas, gregetan dengan ketidaktegasan Doel, utamanya dalam urusan percintaan.

Kepada Sarah, misalnya. Kita bahkan tak pernah dibuat tahu, kapan persisnya Doel meminta Sarah untuk menjadi kekasihnya. Padahal kurang apa Sarah? Cantik, pintar, serta baik pada keluarga besar Doel. 

Gadis ini sudah lama baper dengan keunikan sosok Doel, yang barangkali sudah sangat sulit ditemui pada pria manapun. Namun Doel bergeming, datar, menggantung perasaan Sarah tanpa kepastian, sebagaimana Rangga pernah meninggalkan Cinta tanpa kabar berita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun