Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mandzukic dan Pemain Lain yang Tak Memiliki Privilese di Juventus

25 November 2019   09:07 Diperbarui: 25 November 2019   18:03 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mario Mandzukic menunjukkan ekspresi kecewa saat Juventus kalah dari tuan rumah Sampdoria pada laga lanjutan Liga Italia di Stadion Luigi Ferraris, Minggu (19/11/2017) (sumber gambar: AFP/Marco Bertorello via kompas.com)

Juve memang punya riwayat buruk memperlakukan pemain yang begitu dihormati fansnya. Sebut saja sang legenda hidup, Alessandro Del Piero, yang dibiarkan pensiun di klub lain, tanpa pernah diberi kesempatan mencicipi kontrak baru, seperti yang begitu ia impikan.

Atau terhadap sang Pangeran Kecil, Claudio Marchisio. Nama ini bahkan diperlakukan dengan lebih tidak hormat lagi. Kontraknya diputus selepas akhir musim, tanpa pernah diberi kesempatan menjalani laga perpisahan.

Selain Mandzukic, di skuad Juventus saat ini masih ada beberapa nama lain, yang memiliki nasib serupa. Kiper Mattia Perin, misalnya. Nasibnya terkatung-katung semenjak kepindahannya ke Benfica gagal karena tes medis. Ia bahkan harus rela kehilangan posisinya sebagai kiper kedua, setelah kembalinya Gianluigi Buffon dari PSG.

Lain Perin, lain pula dengan Emre Can. Ball Breaker serba bisa asal Jerman ini justru harus menerima kenyataan, namanya tak diikut sertakan skuad Juventus di kompetisi UCL. Padahal ketimbang Emre, masih ada nama Sami Khedira atau Blaise Matuidi, yang secara usia sudah tak lagi muda.

Cerita soal Mandzukic, Perin dan Can, adalah satu dari sedikit contoh mereka yang tak memiliki privilese di sebuah klub bernama Juventus. Sebaik dan sebesar apapun kontribusinya di atas lapangan, mereka akan tetap kalah bersaing, terhadap sesiapa yang jauh lebih sering dibicarakan.

Mandzukic yang meski begitu dihormati dan menjadi kesayangan para tifosi, tak lantas terjamin posisinya di skuad utama, dibandingkan dengan mereka yang memiliki privilese karena namanya lebih "menjual" seperti Paulo Dybala, Gonzalo Higuain, dan tentu saja, Cristiano Ronaldo.

Begitu pun Perin dan Can, yang harus tahu diri, bahwa sebaik apapun kondisi keduanya, mereka belum cukup istimewa untuk menerima privilese yang sama, seperti yang dimiliki Buffon, Khedira dan Matuidi.

Terlepas dari ada atau tidaknya privilese tadi, Juventus setidaknya perlu belajar mengenai satu hal, yakni soal bagaimana memperlakukan pemain-pemainnya dengan tidak sejenak jidat. Bukankah tidak ada pemain yang namanya lebih besar, dari Juventus itu sendiri? Jadi, mengapa harus pilih kasih?

Atau barangkali Juventus memang sudah sangat terlalu besar kepala, sampai harus mengulang lagi kesalahan yang sama, seperti terhadap Del Piero dan Marchisio dulu?

Dan jika memang benar, Juventus sudah sangat sebesar kepala itu. Cuma soal waktu saja, sebelum klub ini kehilangan sesuatu, yang kelak akan disesalinya dalam waktu yang cukup lama. Sesuatu yang kita sebut sebagai loyalitas, cinta dan kesetiaan. Yang bahkan tak terbeli oleh privilesedalam bentuk apapun.

Sesuatu yang mungkin hanya bisa kita temukan dari diri seorang Mario Mandzukic, seorang striker yang pernah rela dipasang sebagai bek kiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun