Dengan modal ini, sesial-sialnya Milan, paling apes, semestinya mereka masih bisa bertengger di posisi 6 besar. Tapi faktanya, Milan justru tercecer di golongan menengah ke bawah klasemen.Â
Jangankan mimpi untuk menyalip Juventus, menyentuh bayangan Cagliari saja mereka tak bisa. Per-pekan ke sembilan ini, mereka tercecer di posisi 12, satu tingkat di bawah Torino.
Saya yang sewaktu kecil pernah menjadi Milanisti, terus terang menjadi sedikit penasaran, mencari tahu mengenai apa yang tengah merasuki Milan. Tapi menemukan Milanisti yang berwawasan luas dan asik untuk berdiskusi, ibarat mencari berlian di kepengurusan PSSI. Ada, tetapi susah.
Beberapa teman saya yang Milanisti, sekarang ini mulai malas jika hendak diajak berdiskusi mengenai kondisi tim kesayangannya. Ditambah pula semenjak mantan pacar saya, Gisela Anastasia, sudah tak lagi aktif di Twitter, saya mulai jarang, bahkan hampir tidak pernah lagi mencari-cari tahu mengenai AC Milan.Â
Kebanyakan Milanisti memang masih sulit mengakui, bahwa klub mereka sudah tak sebesar dulu. Sewaktu NKRI masih dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Berbekal googling, saya mulai mencari-cari sendiri, apa yang kurang dari klub yang mengklaim DNA-nya paling Eropa ini. Tapi sebelumnya, mari kita mundur terlebih dulu, kembali ke beberapa musim lalu, tepatnya di musim 2010-2011, ketika Milan masih dikomandoi sang mantan terindah bagi para Juventini, Massimiliano Allegri.
Saat ditangani Allegri, Milan sebetulnya sudah mulai menunjukkan gejala-gejala akan karam. Dari mulai skuad yang termakan usia, hingga beban gaji yang tak imbang dengan pemasukan klub. Pelan tapi pasti, Milan pun mulai pincang, tertatih, sampai akhirnya kesulitan berjalan sampai hari ini.
Kalau saja bukan Allegri yang menukangi Milan saat itu, saya percaya, Milan bisa saja lebih cepat karam sampai ke dasar.Â
Dengan kepekaan taktikalnya, Allegri berhasil memperlambat karamnya Milan dengan memanfaatkan skuad seadanya, bahkan Allegri sempat membawa Milan menjuarai Liga Italia di musim perdananya.
Sayang, kebocoran Milan sudah terlalu banyak untuk bisa ditambal oleh Allegri. Satu per satu pemain bintang dipaksa angkat kaki demi menyelamatkan keuangan klub.Â
Allegri kian tak berdaya. Milan pun sedikit demi sedikit tenggelam, dari atas lautan yang pernah amat begitu dikuasainya.