Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hendaknya mengimplementasikan Nilai-Nilai Pancasila ke dalam setiap pribadi anggota keluarga. Peran orangtua sebagai panutan (example) hendaknya memberi teladan dalam hal perbuatan-perbuatan baik. Â Ayah dan ibu adalah sosok yang patut 'digugu lan ditiru' (dipercaya dan diteladani), keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak/anak-anaknya.
      Adapun bentuk implementasi Sila-Sila Pancasila dalam keluarga adalah sebagai berikut:
- Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha esa -- mendidik keluarga untuk rajin dan disiplin beribadah atau bisa juga dengan membiasakan ibadah bersama, menghormati agama lain dan mempunyai sikap yang toleran.
- Sila ke dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab -- memiliki rasa cinta dan menaruh kepedulian terhadap sesama, saling menghargai, saling menghormati dan suka bergotong-royong.
- Sila ke tiga, Persatuan Indonesia -- senantiasa menanamkam perlunya persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI (bersatu kita kuat, tidak mudah diadu domba dan dipecah belah).
- Sila ke empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan -- mendidik keluarga untuk gemar bermusyawarah dalam membuat setiap keputusan (keputusan bersama), termasuk orangtua hendaknya mau menghargai pendapat anak jika itu memang benar dan bersedia minta maaf bila telah melakukan kekeliruan.
- Sila ke lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia -- Sila ke lima inilah yang menjadi tujuan kita bersama menuju masyarakat madani Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke -- dari Miangas sampai Pulau Rote mengalami keadilan, aman, makmur dan sentosa (gemah ripah loh jinawi).
Kesemuanya itu akan segera terwujud apabila bangsa ini tidak mudah terprovokasi oleh paham-paham radikalisme yang kesukaannya memecah belah keutuhan bangsa. Untuk itu diperlukan sikap peduli dan rasa nasionalisme yang kuat dan selalu siap siaga, 'eling lan waspodo' (selalu ingat dan waspada).Â
Disinyalir bahwa belakangan ini 'ancaman' itu semakin nyata dengan maraknya radikalisme dan terorisme, terjadinya konflik sosial di mana-mana karena adanya kesenjangan sosial sehingga perlu diwaspadai terjadinya disintegrasi bangsa. Kita semua harus 'waspada terhadap percikan-percikan api kecil'.
Jakarta, 23 Nopember 2022
Salam penulis:E.Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia-tyasyes@gmail.com