Namun demikian, kekhawatiran akan terjadinya learning lost tetap masih 'menghantui' siapa saja yang berkecimpung di bidang pendidikan. Bagaimanapun juga PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) belum sepenuhnya dapat menggantikan PTM (Pembelajaran Tatap Muka) sekalipun PJJ merupakan upaya yang dapat menjamin hak pendidikan anak-anak di Indonesia tetap dapat terpenuhi, akan tetapi sesungguhnya pemberlakuan PJJ yang cukup lama dapat mengakibatkan kelesuan yang menggelayut di benak para peserta didik, karena mereka kehilangan kegembiraan, interaksi dengan teman-teman sebaya dan sepermainan, belajar bersama, dan sebagainya.
      Sekalipun model PAIKEM bisa diselenggarakan di rumah, tapi kan tidak semua orangtua berprofesi sebagai guru, jadi mana mungkin PAIKEM bisa diimplementasikan di rumah. Lalu seperti apa PAIKEM itu? Sepertinya pertanyaan yang satu ini telah banyak dibahas di atas. Untuk lebih jelasnya PAIKEM adalah model pembelajaran yang dapat meminimalkan terjadinya learning lost karena sebagaimana kita ketahui bahwa learning lost memacu pada kehilangan pengetahuan dan keterampilan umum atau bahkan khusus, atau setidaknya terjadi kemunduran dalam hal akademis, terjadi diskontinuitas dalam pendidikan bagi peserta didik.
      Sebagai pendidik, sebagai orangtua tentu kita tidak menginginkan dunia pendidikan terpuruk berlama-lama. Sebuah studi yang dilakukan McKinsey menilai bahwa komputer tidak akan bisa menggantikan suasana kelas. Pembelajaran yang tidak/kurang efektif menjadi penyebab terhambatnya akses untuk menggali dan menemukan sumber pengetahuan, padahal ilmu pengetahuan itu senantiasa bertumbuh dan berkembang sepanjang masa. Oleh karena itu, mari terapkan model PAIKEM untuk memicu dan memacu semangat belajar peserta didik. Mari segenap rekan dan pemerhati pendidikan, kita jaga bangsa ini dengan kerja keras dan kerja cerdas (work hard and work smart) di bidang masing-masing agar tidak terjadi hal yang lebih serius, yakni terjadinya lost generation akibat gempuran pandemi covid-19.
Jakarta, 24 Oktober 2021
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia -- tyasyes@gmail.com