Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampus Masa Depan

16 Oktober 2021   18:26 Diperbarui: 16 Oktober 2021   18:29 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Kini sudah lebih kurang dua puluh bulan lamanya, hampir seluruh kampus di Indonesia sepi, nyaris kosong karena kegiatan perkuliahan tatap muka dihentikan sementara dan kegiatan belajar mengajar dialihkan secara daring. Penerimaan mahasiswa baru Tahun Akademik 2020/2021 dan 2021/2022 juga dikelola dan dilayani secara on line. Untuk mahasiswa strata satu (S1) penulis berharap masih ada kesempatan bertemu karena masa studinya 8 semester namun, bagi mahasiswa strata dua (S2) yang masa studinya 4 semester bisa-bisa mulai diterima sampai dengan kelulusannya tidak pernah saling bertemu atau bertatap muka antara dosen dan mahasiswa.

Selain perkuliahan, bimbingan tesis juga dilakukan secara daring, sehingga sangat mungkin ujian/sidang tesis pun dijalaninya secara daring dan acara wisuda pun diselenggarakan secara virtual. Pertemuan secara tatap muka dan interaksi antara dosen dan mahasiswa tidak pernah terjadi gara-gara pandemi covid-19. Memang kemajuan teknologi khususnya di bidang internet bisa menggantikan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), rapat-rapat, transportasi (pesan ojek, pesan taxi, beli tiket angkutan darat-laut-udara), belanja kebutuhan sehari-hari (belanja sayur dan buah, pakaian, kosmetik, elektronik, dan lain-lain), segala bentuk usaha mulai dari makanan/kuliner sampai dengan transaksi dagang skala kecil-menegah-besar, semua bisa dilakukan melalui internet.

Dunia berubah, manusialah yang harus beradaptasi dengan cara kerja berubah. Oleh karena itu, kini kita mengenal istilah Work From Home (WFH), Learning From Home (LFH), secanggih apapun sistem on line tetap ada plus-minus nya, semua ini kita alami bersama karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) harus dipatuhi demi menjaga kesehatan dan keselamatan manusia. Kini pandemi covid-19 sudah mereda namun, kita harus tetap waspada dan jangan terburu-buru euforia.

Selain kampus, nampak bangunan gedung-gedung tinggi khususnya yang ada di DKI Jakarta menjadi lengang, kalu dulu (sebelum wabah covid-19) orang berkantor sampai larut malam, kini jam kantor menjadi terbatas atau dibatasi. Segala aktivitas lebih banyak dilakukan di rumah, syukur kalau rumah memadai untuk dimodifikasi sebagai tempat kerja. Kita kenal istilah SOHO (Small Office-House Office). Padahal tidak semua rumah dapat diubah sedemikian rupa sesuai yang diharapkan.

Sebuah pengalaman nyata, rekan sejawat penulis suami-istri yang profesinya adalah sama-sama dosen, mereka menempati sebuah apartemen yang cukup mungil sehingga kalau mereka jam mengajarnya bersamaan menjadi kurang nyaman situasinya, sebab mengajar secara daring perlu volume suara yang lebih keras dibanding mengajar di kelas secara konvensional. Itulah situasi dan kondisi nyata serta gaya kerja menjadi berubah total. Perasaan bingung menggelayut di wajah para karyawan, dosen dan mahasiswa pun terkadang harus 'mengeluh' karena jaringan juga sering tidak stabil. Berbagai strategi sudah ditempuh untuk mencapai tujuan dan hasil kerja yang optimal. Dosen belajar, mahasiswa belajar, karyawan pun semua harus belajar menghadapi zaman yang berubah.

Sebagaimana kita tahu bahwa gaya belajar generasi milenial (genarasi Z) sudah barang tentu tidak sama dengan generasi sebelumnya (generasi X dan Y) atau generasi baby boomers, mengubah kebiasaan lama itu sudah pasti tidak mudah. Adaptabel dan fleksibel harus dimainkan sedemikian rupa untuk memenuhi tuntutan zaman. Dulu gedung kampus yang besar dan mewah menjadi standard dan menunjukkan prestisius warga kampus, pengelolaan dengan biaya tinggi karena fasilitas prasarana dan sarana serta listrik yang mahal kini menjadi kurang berarti.

Pembatasan jumlah tenaga kependidikan yang masuk kerja diatur secara bergantian, menjadikan karyawan yang bersangkutan memiliki keleluasaan untuk berkolaborasi dalam bekerja baik di kantor, di rumah maupun di antara yang bekerja di kantor dan di rumah bersama-sama. Kegiatan bekerja di rumah dan di kantor perlu berintegrasi untuk meminimalkan risiko, yang penting pekerjaan tidak ada yang terhambat dan tetap berlangsung dengan efektif dan efisien. Jalinan komunikasi harus intensif supaya tidak terjadi salah paham (miscommunication).

Semua perubahan itu hendaknya dibiasakan dulu, sebab tanpa pembiasaan akan mengakibatkan kecanggungan di sana-sini atau bahkan terhentinya/terputusnya pelayanan akademis. Berbagi informasi antarunit kerja akan memicu fan memacu semangat kerja antara pendidik, tenaga kependidikan dan semua mahasiswa. Mengelola kampus masa depan harus kreatif dan inovatif agar tercipta suasana nyaman dan semua pihak mendapat kepuasan dalam bekerja.

Antara WFH dan WFO

Bagi mereka yang berdomisili di DKI Jakarta, WFH disyukuri karena terbebas dari kemacetan jalanan yang bisa-bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk perjalanan pergi-pulang rumah-kantor. Letih/capai yang dirasakan oleh karyawan, dosen dan mahasiswa ditebus dengan semakin produktifnya hasil kerja, kesempatan berolahraga yang menyehatkan, kebersamaan dengan keluarga (quality time), sementara ada pendapat yang mengatakan WFH dirasakan lebih berat daripada WFO namun, pada akhirnya kita semua perlu menyadari bahwa keadaan ini bertujuan untuk pencapaian yang terbaik.

Seperti apa wajah kampus di masa yang akan datang perlu dipikirkan mulai sekarang, sebab begitu kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dimulai lagi, maka segala sesuatunya perlu kesiapan baik secara fisik maupun psikhis. Dunia pendidikan tidak boleh 'terjun bebas' sehingga terjadi learning loss, bangkit dan tumbuhkan kembali semangat belajar mahasiswa demi hari esok yang cerah. Kampus masa depan harus bisa melayani kebutuhan dunia pendidikan secara luring dan daring, semoga!

Jakarta, 15 Oktober 2021

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia -- tyasyes@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun