Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indahnya Pelangi

22 Agustus 2021   03:03 Diperbarui: 22 Agustus 2021   06:10 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandemi covid-19 yang berkepanjangan memengaruhi kehidupan masyarakat namun, bapak Jokowi melihat sisi baiknya dengan mengatakan bahwa momentum pandemi menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kokoh dan tahan banting, karena dapat memperkuat infrastruktur kesehatan dan kesadaran masyarakat. 

Selama kita memiliki kesehatan yang baik, sudah pasti ada kesempatan baik yang bisa kita gunakan untuk berbuat baik. Kesehatan memang bukanlah segala-galanya tetapi tanpa kesehatan kita tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan baik.

Dengan dimilikinya badan yang sehat dan jiwa yang sehat, bangsa Indonesia mempunyai harapan-harapan/mimpi-mimpi, membangun pikiran yang optimis dan siap menyongsong Indonesia yang religius, berbudaya dan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul di era pasca pandemi global. 

Punya impian itu penting, manusia harus banyak belajar dari orang lain, berhati sabar dan harus siap keluar dari zona nyaman (comfort zone). Jangan hanya maunya menerima bantuan terus-menerus dan apabila tidak kebagian lalu marah-marah dan lebih parahnya lagi bila ada yang menunggangi dengan mengaitkannya pada isu SARA (Suku Agama Ras Antargolongan).

Mimpi tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang damai, aman, dan nyaman; negara yang berpenduduk 271,34 juta (data sensus penduduk tahun 2020), memiliki 17.500 lebih pulau besar dan kecil yang dihuni oleh bermacam-macam suku (1.340 suku); ada 6 agama yang diakui pemerintah, yakni (1) Islam, (2) Katolik, (3) Kristen, (4) Budha, (5) Hindu, dan (6) Kong Hu Cu, menandakan bahwa Indonesia sangat 'majemuk'. 

Bung Karno pernah mengatakan bahwa: 'Indonesia bagaikan untaian zamrut di katulistiwa'; yang begitu asri, kaya makmur, yang harus terus-menerus dirawat dalam rangka membangun nasionalisme yang kokoh di bumi Indonesia, karena adanya perbedaan justru membuat kita semakin 'kaya' dengan warna-warni kepelbagaian.

Sang pencipta menciptakan manusia untuk mewujudkan kehendak-NYA, yaitu: 'membentuk kehidupan yang tentram, damai dan bahagia serta sejahtera'. 

Kepedulian dan kemampuan untuk hidup dalam keserasian, kedamaian, kerukunan, saling tolong-menolong dan toleransi serta solidaritas terhadap sesama (unity in diversity). Memiliki rasa kesalingtergantungan (interdependency) manusia yang satu dengan yang lain. 

Bumi Indonesia yang 'gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerta raharja' (negeri yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, aman dan tentram) ini patut kita syukuri.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang melekat pada lambang Garuda Pancasila telah dicetuskan oleh Bung Karno, seorang pemimpin yang visioner karena sadar akan begitu beragamnya suku dan agama yang ada di Indonesia ini, maka cepat-cepat beliau menetapkan bahwa berbagai-bagai tapi tetap satu. 

Ibarat musik orkestra, apabila dimainkan secara bersama-sama alangkah indah dan merdunya. Pelangi pun tampak indah karena bermacam-macam warnanya, coba kita bayangkan apabila warnanya hanya merah saja tentu akan sakit mata kita memandangnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun