Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebiasaan Berubah Gara-gara Wabah

12 Agustus 2021   09:55 Diperbarui: 12 Agustus 2021   10:00 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kebiasaan Berubah Gara-Gara Wabah

            Korona belum punah dari muka bumi namun, pelan tapi pasti reda karena manusia di seluruh dunia sudah menaikkan doa dan sadar untuk bertindak lebih hati-hati. Yang Maha Kuasa pun berkenan mendengar jerit tangis umat Nya, karena sudah begitu banyak yang kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Tak pernah dibayangkan sebelumnya bahwa ada yang tiba-tiba harus menjadi yatim piatu karenanya. Seakan habis sudah air mata manusia mengalir membasahi bumi, tanah makampun juga tidak mudah didapatkan. Diawali dari kondisi kekurangan obat, vitamin dan oksigen sampai sulitnya memperoleh perawatan di rumah sakit semua itu adalah fenomena yang kita hadapi sehari-hari.

            Pemerintah Indonesia telah berusaha keras memberi vaksinasi ke seluruh rakyatnya, diberengi dengan bantuan sosial (bansos) yang terus mengalir dan menghimbau untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan secara ketat agar pandemi covid-19 ini segera enyah dari dunia khususnya Indonesia. Oleh karena itu, jangan lagi ada ketidak jujuran, seperti  bansos yang dikorupsi, di 'sunat', obat diperdagangkan secara illegal semata-mata bertujuan untuk memperkaya pribadi atau golongan, tahu kalau banyak orang membutuhkan vitamin tapi vitamin dipalsukan, belum lagi cairan vaksin yang harus disuntikkan tapi hanya tabung suntik kosong yang ditusukkan, oksigen disembunyikan, mengebumikan jenasah dipilah-pilah dan dipasang harga tinggi-tingginya (nafsu serakah), dan lain-lain.

            Kalau dulu-dulu kita hanya mengenal vaksin BCG, cacar, polio khususnya untuk bayi dan kanak-kanak, kini mulai usia 12 tahun  sampai dengan dewasa dan lansia perlu divaksin, gratis dan dilayani baik-baik oleh mereka yang sudah diberi tugas oleh yang berwenang, mari kita ikuti dengan tertib. Menjadi manusia yang bertanggung jawab adalah dambaan seluruh warga bangsa yang sudah 76 tahun merdeka. Membandel dan melawan pemerintah yang sah pasti ada sanksinya. Indonesia adalah negara hukum, sekalipun ada adagium yang mengatakan bahwa 'menegakkan hukum itu lebih sulit dari menegakkan benang basah'. Akan tetapi setidaknya mari kita seluruh warga negara Indonesia  mau dan mampu mengubah kebiasaan buruk menjadi baik dan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.

            Bukankah gara-gara wabah ini membuat kebiasaan manusia menjadi berubah. Mari kita ambil hikmahnya, orang yang dulunya:

  • Tidak peduli kebersihan, kini diajari kebiasaan hidup bersih (sampai-sampai urusan mencuci tanganpun diajari untuk pakai sabun dengan air yang mengalir);
  • Membuang sampah tidak sembarangan namun, kenyataannya yang kita dapati adalah berserakannya masker dan tisu bekas pakai di mana-mana (itu kan sangat berbahaya bagi kesehatan bersama);
  • Tertib memakai masker dengan benar bagi siapa saja, kapan saja dan di mana saja (terutama bila ke luar rumah atau bertemu, berbincang dengan orang lain);
  • Membiasakan diri dengan berolah raga dan berjemur, yang dulunya malas berolah raga, sekaranglah waktunya (jangan pernah menyalahkan 'waktu' misalnya dengan mengatakan tidak punya waktu, sangat sibuk, dan lain-lain). Hari-hari seperti sekarang ini, lebih baik mengutamakan kebiasaan hidup sehat.
  • Jika dahulunya kebiasaan makan yang penting enak, kini ubahlah kebiasaan salah itu menjadi menjalani pola makan sehat (makanan sehat itu tidak harus mahal, banyak yang bisa dipelajari baik melalui media cetak, televisi, internet, dan lain-lain).

Membiasakan hidup tertib dan disiplin, yang dulunya bekerja di kantor -- kini harus mengubah kebiasaan luring menjadi daring; sekolah dengan kebiasaan tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Rumah dan keluarga menjadi tumpuan harapan, sebab bekerja ke luar rumah harus penuh ke hati-hatian, maka ciptakan suasana rumah yang nyaman dengan membenahi rumah seperti kantor, membenahi rumah seperti sekolah, syukur kalau memungkinkan ada lahan berkebun, tempat bermain dan bersantai, pasti akan merasakan kebahagiaan.

Membahas hal kebiasaan, mengingatkan penulis kepada Stephen R. Covey di dalam bukunya 'The Seven Habits of Highly Effective People' yang sangat terkenal itu. Bahwa ada 7 kebiasaan manusia yang paling efektif (mangkus) dalam kehidupan seseorang jika ia ingin menjadi manusia yang efektif. Seperti apa yang dimaksud dengan manusia yang efektif itu menurut beliau? Mari pada kesempatan ini kita pelajari dan bahas satu per satu. Bahwa manusia itu ketika baru lahir ke dunia, ia sangat tergantung hidupnya kepada manusia lain (dependent); kemudian berubah menjadi independent; dan pada akhirnya sifat manusia itu adalah interdependency. Mengalami kesalingtergantungan satu sama lain, ia tidak dapat hidup menyendiri (soliter), karena memang kodratinya manusia itu adalah makhluk sosial.

Adapun ke tujuh kebiasaan manusia tersebut secara rinci adalah:

  • Pro aktif (be pro active); aktif saja belumlah cukup, apalagi di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini, semua menuntut kecepatan. Berpikir cepat dan bertindak cepat adalah ciri manusia yang hidup di abad XXI (globalisasi). Semua yang ada di dunia berubah secara cepat, hanya ada satu yang tidak pernah berubah yakni perubahan itu sendiri.
  • Berorientasi kepada tujuan (goal oriented); manusia diciptakan tentu ada tujuannya, berhubung tujuan manusia itu bermacam-makan dan banyak kebutuhan/keinginannya, maka dilanjutkan ke kebiasaan yang ke 3.

  • Skala prioritas (prioritizing scale); dengan bermacam-macamnya tujuan yang hendak dicapai oleh manusia itu maka dibuatlah skala prioritas, mana yang harus didahulukan, dan seterusnya.

Apabila ke tiga kebiasaan tersebut sudah berhasil dicapai, maka manusia itu dapat dikatakan ia telah mengalami kemenangan pribadi (privat victory). Kemudian dilanjutkan dengan kebiasaan yang ke 4.

  • Berpikir menang-menang (think win-win); maksudnya tidak sama dengan 'menang-menangan' atau maunya menang sendiri, tetapi I ok -- U ok !

  • Memahami dulu-baru dipahami (first understand and then to be understood); kunci kehidupan manusia yang rukun adalah apabila ia bisa memahami orang lain, bukan maunya dipahami terus.

  • Sinergi  (synergy); apabila kebiasaan ke lima sudah dapat diinternalisasikan ke dalam kehidupannya, maka terbentuklah suatu hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis.

Apabila kebiasaan ke 4, 5 dan 6 sudah berhasil dicapai, maka manusia itu dapat dikatakan ia telah mengalami kemenangan umum (public victory). Sedangkan kebiasaan ke 7 adalah:

  • Mengasah gergaji (sharpen the saw); manusia harus terus belajar agar pikirannya tetap tajam maka harus diasah/ditajamkan secara terus-menerus. Sekolah ada batasnya, tetapi belajar tiada batas, menjadi pembelajar seumur hidup (lifelong learner). Jangan sekali-kali mengabaikan kebiasaan yang satu ini, jangan pernah berhenti karena merasa cukup supaya dapat hidup lebih baik dan selaras dengan lingkungan.

Ilmu pengetahuan itu selalu bertumbuh dan berkembang sesuai zamannya, kalau tidak ingin tertinggal, jangan pernah berhenti mengembangkan diri, sekalipun kita hidup di tengah wabah tetaplah bersyukur dan teruslah  bekerja keras dan bekerja cerdas (work hard and work smart) dengan menikmati kebiasaan hidup sebagaimana telah dijarkan oleh Stephen R. Covey.

Jakarta, 11 Agustus 2021

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia -- tyasyes@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun