Belajar dari tsunami Covid-19 di India, kita tetap perlu waspada. Perayaan festival keagamaan Kumbh Mela besar-besaran menjadi pemicunya. Di Indonesia, beribadah Ramadan dan Idul  Fitri 1442 Hijriah harus sesuai prokes.
 LONJAKAN kasus Covid-19 di India patut menjadi perhatian kita di Indonesia. Meski sudah divaksin, kita tetap harus melakukan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19. Yakni selalu memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun, menghindari kerumunan, menjaga jarak kontak fisik, dan mengurangi mobilitas.
India dan Indonesia memiliki kesamaan. Antaralain, jumlah penduduk yang banyak, dan upaya vaksinasi yang sama-sama sudah berjalan. Namun di India, pasca vaksinasi terjadi pelonggaran protokol kesehatan. Masyarakat menjadi berkerumun, terutama saat acara keagaman Kumbh Mela pada 12 April 2021. Saat itu, ribuan penganut Hindu secara bersama-sama dalam jumlah banyak melakukan ritual mandi di Sungai Gangga.
Menurut Djoko Santoso dalam artikel Mudik 'Rahmatan' dan Tragedi di India, Kumbh Mela merupakan festival keagamaan terbesar di dunia. Saat itu, masyarakat lengah dengan protokol kesehatan. (Kompas, 28 April 2021). Kondisi ini mengakibatkan lonjakan kasus mencapai 345.147 kasus harian pada 24 April 2021. Saat ini diberbagai media diberitakan, situasi di tempat krematorium India yang penuh jenazah dan layanan kesehatan yang nyaris lumpuh karena banyaknya pasien yang harus dirawat.
Tentu kita tidak ingin hal buruk second wave Covid-19 terjadi di Indonesia. Kita sama-sama segera ingin situasi normal. Karena itu, harus saling menjaga untuk mencegah penyebarluasan virus Covid-19 terutama saat ritual keagamaan di Ramadan dan puncaknya Idul Fitri.
Menurut saya, ada beberapa potensi terjadinya kerumunan saat penyelenggaraan ibadah di bulan Ramadan dan Syawal. Apa saja itu?
1. Pelaksanaan salat tarawih
Potensi pelanggaran prokes dalam pelaksanaan salat tarawih adalah kendornya jaga jarak dalam barisan salat. Juga perihal pemakaian masker yang mulai ditinggalkan.Â
2. Kerumunan buka puasa bersama
Saat makan, kita lepas masker dan sulit menjaga jarak. Jadi perlu dipertimbangkan soal pelaksanaan buka bersama. Bila tetap dilaksanakan, perlu pengaturan jarak dan penggunaan alat makan terpisah.
3. Pelaksanaan kajian