Mohon tunggu...
Hanan Wiyoko
Hanan Wiyoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya menulis maka saya ada

Suka membaca dan menulis, bergiat di literasi digital dan politik, tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Kain Lawon Khas Bonokeling, Banyumas

20 Maret 2021   13:01 Diperbarui: 20 Maret 2021   13:44 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kain lawon merupakan khas komunitas adat Bonokeling. Mereka memegang teguh tradisi, termasuk penggunaan lawon. Ada dua fungsi kain ini : sebagai kafan dan bisa menjadi selendang. 

 KOMUNITAS adat Bonokeling tumbuh dan berkembang memegang tradisi leluhur.  Pusat kegiatan religi berada di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas. Di desa ini terdapat makam leluhur serta tokoh sesepuh Bonokeling.

Makam sesepuh ini menurut Bambang H Suta Purwana dkk dalam bukunya berjudul Sistem Religi Komunitas Adat Bonokeling, di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas disebut sebagai lokasi sentra ritus religi.

Saat masa ritual ada 1.000an penganut Bonokeling berkumpul di desa ini. Selain di desa setempat dan Desa Gunungwetan, penganut Bonokeling tersebar di Kecamatan Kroya, Kecamatan Kesugihan, dan Kecamatan Adipala (Kabupaten Cilacap). Jarak sejauh sekitar 25 kilometer biasanya ditempuh berjalan kaku beramai-ramai menggendong hasil bumi saat acara perlon unggahan menjelang bulan puasa.

Kearifan Lokal

Kekhasan lokal komunitas adat Bonokeling di antaranya adalah kain lawon. Saat sedang tidak bertani, kaum perempuan desa Pekuncen menganyam kain tersebut. Kain lawon adalah kain untuk membungkus jenazah keluarga besar Bonokeling dan untuk dibuat selendang bagi ibu-ibu pada saat acara perlon atau acara adat. Jadi apabila ada keluarga besar Bonokeling yang meninggal dunia tidak menggunakan kain mori tetapi menggunakan kain lawon.

Camat Jatilawang, Oka Yudhistira Pranayuda membagikan foto dan narasi di Facebook miliknya soal kunjungan ke rumah warga yang sedang membuat kain lawon. Ia menuliskan, kain lawon dan tradisi Bonokeling merupakan kearifan lokal.

"Membuat kain lawon ada beberapa tahap mulai dari mencampur kain dengan nasi, menjemur, menggulung kain, dan terakhir menenun," tulisnya dalam akun Facebook miliknya, Sabtu (20/3/2021).

Ia menambahkan satu lembar kain lawon dihargai Rp 150 ribu dan dibutuhkan waktu 3-7 hari untuk menyelesaikan proses menenun satu lembar kain.

"Permintaan kain lawon Bonokeling cukup tinggi," tulisnya.  (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun