Mohon tunggu...
Hana Mufi
Hana Mufi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah pembaca yang bersemangat dan mudah bergaul. Menjelajahi halaman-halaman buku adalah kebahagiaan bagi saya, sementara berinteraksi dengan orang-orang baru membuka jendela untuk pengalaman yang berharga. Saya percaya bahwa dengan membaca dan berbaur dengan beragam orang, saya dapat terus tumbuh dan menghargai keindahan dunia ini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi antar Budaya di Desa Kauman: Pelajaran dari Keberagaman dan Toleransi

1 Desember 2024   03:05 Diperbarui: 1 Desember 2024   07:54 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi antar budaya adalah cara penting untuk memahami keberagaman di dunia yang semakin terhubung. Komunikasi ini mencakup komunikasi internasional yang melibatkan interaksi global, komunikasi antar etnis yang membahas hubungan antar kelompok dalam satu wilayah, dan komunikasi antar ras yang melihat hubungan antara kelompok ras yang berbeda. Ketiganya saling terkait dan sangat penting, terutama bagi jurnalis, untuk menghasilkan berita yang menghormati keberagaman. Namun, ada hambatan seperti stereotipe, prasangka, dan etnosentrisme yang sering kali membuat komunikasi menjadi sulit. Stereotipe bisa mengurangi kepercayaan, sedangkan prasangka dan etnosentrisme dapat menciptakan pandangan yang tidak adil. Untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi antar budaya, kita perlu bersikap terbuka dan empati. Caranya adalah dengan mendengarkan dengan seksama, bertanya untuk memahami orang lain, menghindari asumsi berdasarkan stereotipe, dan belajar untuk menghargai budaya yang berbeda. Sikap ini penting agar komunikasi berjalan dengan baik dan penuh penghargaan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. 

Saat saya berkunjung ke Desa Kauman di Yogyakarta, saya belajar betapa pentingnya komunikasi lintas budaya. Desa ini menunjukkan bagaimana Islam Berkemajuan bisa selaras dengan kemajuan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai utamanya. Berinteraksi dengan masyarakat lokal mengajarkan saya tentang keberagaman dan toleransi. Sebagai seorang jurnalis, pemahaman ini sangat berguna untuk membuat berita yang netral dan adil. Ketika meliput isu-isu lintas budaya, memahami dan menghormati perbedaan menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas berita. Dengan sikap yang penuh empati, komunikasi antar budaya dapat menciptakan hubungan yang harmonis dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pekerjaan.

Selain itu, komunikasi antar budaya juga mengajarkan kita untuk peka terhadap nilai-nilai lokal yang mungkin berbeda dari kebiasaan kita. Misalnya, ketika saya berbicara dengan masyarakat di Desa Kauman, saya belajar untuk lebih sopan dalam berbicara dan menghargai tradisi mereka. Hal ini tidak hanya membantu membangun hubungan yang lebih baik, tetapi juga membuat mereka lebih percaya kepada saya. Dalam profesi jurnalistik, kemampuan ini sangat penting, terutama ketika meliput isu-isu yang sensitif. Dengan memahami cara berkomunikasi yang tepat, seorang jurnalis dapat menyampaikan berita yang lebih akurat, bermakna, dan dapat diterima oleh audiens.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun