Mohon tunggu...
Sera Wibisono
Sera Wibisono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jogja, Ditinggal Ngangeni, Ditunggoni Ora Sugih-sugih

6 Desember 2018   17:27 Diperbarui: 6 Desember 2018   17:32 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu mendengar ungkapan tersebut, saya langsung merasa 'jleb'. Pasalnya ungkapan yang berarti "ditinggal bikin kangen, ditinggali tidak kaya-kaya" dalam bahasa Indonesia tersebut memang sangat mengena pada orang-orang rantau seperti saya. Mungkin inilah dilema terbesar yang dirasakan oleh lulusan anyar dari universitas-universitas Jogja.

Dari semua kota yang pernah saya tinggali (Semarang, Bandung, Malang, hingga sebuah kota kecil di Korea Selatan), Jogja masih merupakan daerah favorit saya. Mungkin bisa dibilang karena saya banyak belajar dan berkembang di sini, baik dari segi hard skill maupun soft skill.

Selama kuliah di salah satu universitas terbaik di Indonesia yang kebetulan berada di Jogja, saya bertemu dengan orang-orang dengan berbagai macam karakter dan latar belakang. Selain itu, saya juga mendapatkan berbagai kesempatan yang mungkin tidak akan didapat apabila saya tidak berkuliah di sini.

Ada sesuatu tentang Jogja: suasana kotanya memberikan suatu romantisme tersendiri, yang tidak akan bisa diberikan oleh tempat-tempat lain. Teman-teman saya yang lulusan universitas Jogja selalu merasakan syndrome takut meninggalkan Jogja, karena mereka takut tidak dapat merasakan kenyamanan Jogja apabila berpindah ke kota lain. Sejujurnya saya pun sekarang sedang mengalami masa ini. Mereka yang sudah meninggalkan Jogja pun tetap mengakui bahwa Jogja masih merupakan tempat favorit mereka.

Tapi, kalau memang secinta itu sama Jogja, kenapa tidak terus berkerja di Jogja saja setelah lulus?

Tunggu dulu. Memang sih cinta sama Jogja, tapi tahukah kalau UMP Jogja merupakan yang terendah di Indonesia? Kalau sudah begitu, mahasiswa rantau yang bukan berasal dari Jogja mungkin akan memikirkan seribu kali untuk menetap dan tinggal di Jogja.

Bagi yang mempunyai rumah di Jogja, UMP rendah mungkin bukan masalah besar. Karena toh walaupun digaji kecil, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk ngekos dan bisa mengirit biaya makan dengan makan di rumah. Lain halnya dengan mereka yang merantau, gaji yang diterima harus dikurangi biaya sewa kos per bulan dan biaya makan.

UMP Jogja pada tahun 2019 sudah ditetapkan sebanyak Rp 1,57 juta, naik 8,03% dari tahun ini. Meskipun sudah naik, nominal UMP DIY tetap merupakan yang terendah se-Indonesia. Kita coba hitung-hitung sekarang.Katakanlah saya bekerja di Sleman dengan UMK Rp 1,7 juta dengan biaya kos per bulannya Rp500.000,00. Sekali makan saya bisa menghabiskan Rp15.000,00. Total pengeluarannya saja sudah Rp 1,85 juta. Bagaimana dengan biaya lainnya, misalnya transportasi dan uang untuk beli sabun dan semacamnya?

Itulah yang membuat saya dan sebagian besar teman-teman saya ogah kerja di Jogja. Padahal Jogja merupakan kota besar. Di kota saya berasal, yaitu Kota Kudus, UMK-nya saja mencapai Rp 2 juta lebih. Saya kira kita bisa sepakat bahwa Kudus sendiri memang merupakan kota industri, tapi bukan termasuk kota besar. Padahal apabila bekerja di Kudus, saya tidak perlu mengeluarkan biaya sewa kos dan biaya makan, karena semua sudah ditanggung oleh YAI (Yayasan Ayah dan Ibu).

Itulah yang membuat saya mempunyai harapan yang tinggi pada pemangku kebijakan, khususnya calon DPD RI dengan daerah pemilihan Yogyakarta, seperti Pak Bambang Soepijanto. Ini dikarenakan Pak Bambang mempunyai visi "Ngayemi, Ngayomi, Ngayani" atau dapat diartikan sebagai "Membuat Nyaman, Melindungi, dan Menyejahterakan".

Jogja memang sudah nyaman buat saya, tapi belum tentu saya bisa sejahtera kalau bekerja di sini, begitu pula dengan orang-orang lainnya. Terlepas apakah saya akan bekerja di Jogja atau tidak nantinya, tapi saya rasa tidak adil bagi mereka yang mencari rezeki di Jogja mendapatkan gaji yang tidak bisa menaikkan taraf hidup mereka. Padahal mereka sudah membantu untuk mengembangkan Jogja menjadi seperti sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun