Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sambut Imlek 2020 dengan Toleransi

23 Januari 2020   20:10 Diperbarui: 24 Januari 2020   22:47 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Kenapa harus dengan toleransi? "

Imlek 2020 bukanlah tahun baru untuk muslim ataupun umat kristiani. Bukan pula untuk saya.

Tetapi bagi saya yang dominan pmempunyai teman Chinese akan merasakan hari pergantian tahun "Sincia" ini, khususnya dengan dibaginya "kue keranjang" yang teman saya berikan. Konon biasanya kebagian hujan gerimisnya yang tiada henti.

Bagi mereka sih katanya Imlek itu harus hujan. Sebagaimana muslim menganggap hujan itu berkah, mungkin.

Orangtua saya mengajarkan, khususnya nenek untuk tidak menolak rezeki yang datangnya tidak disangka-sangka dari arah mana saja, siapa saja, dan kapan saja. Ya termasuk dari best friend saya tersebut yang Chinese itu.

Bagi teman saya yang pure Chinese saya sesekali hadir dalam acara undangannya, yaitu undangan keluarga saja, bukan perayaan imleknya.

Saya yang muslim sangat dihormati dengan tidak dicampurnya makanan saya dengan makanan mereka, bahkan tempat makanpun terpisah.

Pengertian ini yang menyebabkan kami hidup rukun sampai sekarang. Karena hampir tidak pernah ada perdebatan di antara kami. Semuanya menerima keadaan masing-masing, kelebihan dan kekurangan kita masing-masing.

Setiap hari raya muslim, saya pun selalu berbagi ketupat-opor dengannya. Jika hidup berdampingan dengan hati tidak saling membenci apalagi saling debat, bukankah indah? Dan kerukunan antarumat beragama akan terjalin dengan baik.

Pertemanan kami sudah terjalin lumayan lama, terhitung dari tahun 2007 sampai detik ini. Tidak pernah kami bertengkar barang sedikitpun. Karena masing-masing dari kami tidak pernah membeda-bedakan teman satu sama lain berdasarkan agama.

Kuncinya kami selalu kompak jika perbedaan datang. Artinya jika suatu perbedaan datang dan dinilai dengan rasa paling benar sendiri sudah barang tentu kami tak akan pernah bersahabat hingga saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun