Mohon tunggu...
Hana FadhilahMulyaningtiyas
Hana FadhilahMulyaningtiyas Mohon Tunggu... Seniman - Hai

99line

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sebanyak 7 Desa di Kalibunder Miliki Mata Pencaharian Pengrajin Anyaman Bambu

11 Maret 2019   17:18 Diperbarui: 11 Maret 2019   23:16 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUKABUMI (24/02/19)-Tradisi kipas sate dengan kipas tradisional menjadi ciri khas dari proses pembakaran yang membuat makanan dapat matang dengan baik, tapi apakah pernah kalian berpikir bagaimana dan dari mana kipas ini anda dapat?, Ternyata sebagian besar kipas dari anyaman bambu yang ada dirumah anda mungkin berasal dari Kalibunder, Kabupaten Sukabumi.

Sebanyak tujuh desa dengan jumlah penduduk kurang lebih 28.000 jiwa yang ada di Kecamatan Kalibunder ini, sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin anyaman bambu selain menjadi buruh tani dan petani. Salah satunya warga Desa Cikoneng, Kecamatan Kalibunder Kelurahan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi berharap para pengrajin anyaman bamboo juga disorot oleh pemerintah.  Setidaknya dalam satu rumah memiliki empat orang pekerja untuk menganyam bambu. Mulai dari remaja, hingga orang dewasa bekerja sebagai pengrajin anyaman bambu.

Bambu - bambu ini dibeli oleh warga dari berbagai desa, salah satunya dari desa Ciburuy. Bambu - bambu yang didapat selanjutnya di potong dan diserut dengan pisau khusus. Pisau serut ini warga dapatkan dari pasar dengan modal sebesar Rp 50.000,-.

Tahap selanjutnya adalah tahap penganyaman dari bambu yang telah di serut hingga tipis dan luwes. Anyaman yang dibuat di Kecamatan Kalibunder ini berfungsi sebagai peralatan rumah tangga. Mulai dari caping, tampah, bakul, kipas, dan tutup saji di anyam oleh warga.

foto 2. produk rumah tangga yang dihasilkan warga
foto 2. produk rumah tangga yang dihasilkan warga
Ukuran yang dibuat pun beragam, ada yang kecil, sedang hingga yang besar. Cukup satu hari saja pengrajin bisa menghasilkan 50 hingga 100 produk. Satu produk anyaman bambu ini di bandrol seharga Rp 4.000,-.

Setiap hari senin pengepul akan datang untuk mengangkut setidaknya sebanyak 300 buah per minggu. Anyaman Bambu dari Desa Cikoneng ini bahkan memiliki pelanggan dari Sumatra hingga Papua. Pendapatan Ibu Ida, salah satu pengrajin di desa ini bisa mencapai Rp 300.000 hingga Rp 400.000 per minggu. Bu Ida mengaku bahwa dirinya merasa tersaingi oleh hasil produk dari Kecamatan Cisaat, Kota Sukabumi yang turut menghasilkan anyaman bambu.

Warga berharap potensi yang mereka miliki ini disorot oleh pemerintah, karena tidak semua orang memumpuni untuk membuat anyaman dari bambu. Mulai dari modal dan fasilitas masih dikeluhkan masyarakat karena cukup merogoh kantong warga. "Harapannya desa l- desa di Kalibunder ini di sorot oleh pemerintah, untuk dikembangkan lagi usahanya. Kemarin kita sempat upluoad ke Youtube biar anyaman dari Kampung Neglasari ini dikenal, diliat pemerintah" tutur Pak Andre selaku salah satu kepala keluarga di Desa Cikoneng, Minggu (24/02/19).

Hingga saat ini Vlog Youtube yang dikirim warga belum di respon pemerintah, padahal warga Kecamatan Kalibunder ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi industri kreatif dari hasil produk anyaman bambu yang menjadi mata pencaharian warga yang sudah turun temurun dari buyut - buyut mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun