Mohon tunggu...
Hanafi alrayyan
Hanafi alrayyan Mohon Tunggu... Penulis - Guru di sekolah

Sering menuturkan sisi-sisi kehidupan, kemudian mencoba mengambil pelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Jangan Baper di Kantor, Please!

13 September 2019   05:03 Diperbarui: 13 September 2019   05:10 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://gemintang.com

Sebuah studi  yang dilakukan para peneliti di University of Warwick beberapa tahun lalu menemukan temuan bahwa kebahagian menghasilkan kenaikan produktivitas sebesar 12 %. Sedangkan pekerja yang tidak bahagia terbukti 10 % kurang produktif.

Iya, bahagia. Kebahagian karyawan merupakan tolak ukur sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik atau tidak. Karyawan yang memiliki energi positif adalah orang-orang yang fokus dan tidak pernah rafu untuk bekerja ekstra.

Bagi sebagian karyawan, mendapatkan gaji setiap bulan dengan suasana lapangan kerja yang saling suport, tidak baper satu sama lain merupakan kebahagian tersendiri. Tidak terlalu ribet kan?

Namun pada kenyataannya, kebahagian gaji tiap bulan itu tidak selaras dengan suasana dunia kerja. Beragam konflik yang terjadi antara atasan dan bawahan yang terkadang dipicu oleh hal sepele. 

Mungkin tanpa sengaja saat diskusi dengan teman kerja, keluar pernyataan yang menyebabkan adanya ketesinggungan atau sakit hati.

Seseorang yang datang ke tempat kerja dengan membawa masalah dari rumah, bisa jadi dengan adaya pernyataan tersebut mampu memicu kemarahan, sehingga menurunkan semangat kerja.

Apalagi ditahun sekarang, hampir setiap lini organisasi perusahaan diisi oleh generasi milenial. Di antara ciri milineal adalah mereka tahu apa yang mereka iginkan, mereka sangat opitimis dengan masa depannya, mereka percaya bahwa mereka dapat mencapainya dan mereka aktif mengatur strategi untuk merealisasikan hal tersebut. 

Untuk itu, bagi atasan yang berbeda lintas generasi, generasi milenial itu mengatur pemikiran, persepsi dan perasaannya dan bagaimana mereka bisa nyaman dengan seorang atasan.

Rasa nyaman merupakan kunci utama bagi milenial untuk tetap bertahan atau keluar/ resign. 

Bagi milenial, jika tidak ada kesempatan untuk proses karir, tekanan dari atasan sangat tinggi, atasan mengeluarkan perintah dengan bahasa yang kurang bisa diteruma, tidak bisa menjadi role model, maka variabel-variabel ini menjadi alasan kuat untuk resign, kendati gajinya tergolong di atas 4 juta/bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun