Mohon tunggu...
Hana Claryssa
Hana Claryssa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Holla

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehidupan, Manusia, dan Covid-19

21 Januari 2021   15:15 Diperbarui: 21 Januari 2021   15:24 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

                     Dimulai Desember 2019, dunia tiba-tiba dimasuki oleh satu virus yang dinamakan Covid-19. Pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina dan virus  menular dengan sangat cepat hingga tersebar ke berbagai negara dalam jangka waktu yang cepat. Virus menginfeksi banyak orang dan bahkan memakan banyak jiwa di seluruh dunia. Saat ini Covid-19 sudah hampir satu tahun di kehidupan kita, berbagai keadaan dari lockdown, Perbatasan Sosial Berskala Besar, dan kehidupan new normal sudah kita alami. Namun, keadaan belum membaik tetapi semakin banyak yang terinfeksi dan bahkan virus dapat bermutasi. Para peneliti dari University of Toronto di Kanada menemukan tingkat depresi meningkat tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Kehidupan saat ini menjadikan kita untuk beradaptasi dengan adanya Covid-19.

                    Perasaan depresi, takut dan khawatir akan Covid-19 pasti dirasakan oleh banyak orang. Mereka akan merasakan takutnya akan terinfeksi Covid-19, menurunnya perekonomian bahkan kehilangan pekerjaan, berkumpul atau berada dalam keramaian dan paling mengerikan adalah kematian. Sehingga, saat awal mula adanya Covid-19 banyak orang berbondong-bondong membeli bahan pokok yang terlalu berlebihan, hal tersebut dinamakan panic buying. Perasaan cemas dalam menghadapi Covid-19 membuat mereka enggan keluar rumah karena takut dengan adanya Covid-19. Lalu, masyarakat juga menjadi paranoid, dikarenakan mengalami gejala-gejala mirip dengan Covid-19, sehingga membuat masyarakat mengalami ketakutan. Namun, para ahli kesehatan mengingatkan kita untuk menjaga kesehatan, sehingga membuat kita mengurangi kekhawatiran kita untuk tidak tertular.

                     Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, kita harus terus berhadapan dengan Covid-19 hingga ditemukan vaksin yang mampu mengobati virus tersebut. Sehingga pada masa krisis kesehatan yang dialami Indonesia bahkan dunia saat ini, penerapan protokol kesehatan merupakan cara yang dinilai efektif untuk menghadapi pandemi Covid-19. Dengan demikian protokol kesehatan sangat penting dalam menjaga serta meningkatkan kesehatan. Serta keselamatan para tenaga medis, pasien dan masyarakat juga terselamatkan dari virus Covid-19.

Professional Perawat dalam Meningkatkan Keselamatan di Tengah Pandemi Covid-19               

                      Covid-19 merupakan singkatan dari Corona Virus disease 2019, atau dapat disebut juga severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2). Menurut WHO, kebanyakan orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang-orang yang memiliki masalah medis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis dan kanker lebih mungkin mengembangkan penyakit serius. Virus ini memang menyerang sistem pernafasan, infeksi paru-paru berat hingga kematian. Namun makin hari virus dapat menyerang organ lainnya seperti mata, otak, jantung, sistem sensorik, darah, sistem pencernaan dan ginjal. Virus menyerang ke berbagai golongan umur dari bayi, lansia bahkan ibu hamil.

                      Gejala Covid-19 dirasakan setelah 5-6 hari, atau selambatnya 14 hari, sejak terpapar virus. Masa inkubasi virus yang cukup panjang membuat pendeteksian dini gejala penyakit Covid-19 jadi penting. Corona virus dapat bertahan di berbagai barang khususnya pada plastik dan stainless steel. Virus akan bertahan selama 72 jam, tetapi virus corona sensitif dengan sinar ultraviolet. Sehingga, harus sangat diperhatikan oleh para masyarakat untuk membersihkan barang-barang yang sering dibawa keluar.     Para tenaga kesehatan merupakan garda kedepan di dalam situasi pandemi Covid-19. Dengan keberadaan di garda kedepan membuat risiko tertular Covid-19 lebih tinggi. Sehingga menurut saya mahasiswa keperawatan, peran perawat sangat harus dimunculkan. Perawat harus memberikan sikap selalu mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan pribadinya dan berusaha untuk memberikan pelayanan kepada pasien dengan baik. Lalu, membantu para tim medis untuk menjadi garda terdepan di situasi pandemi.

                     Perjuangan para tenaga medis akan terasa sia-sia, bila masyarakat tidak melakukan protokol kesehatan. Berkeliaran di luar rumah tanpa menggunakan masker, berkerumunan di tempat yang ramai, tidak mencuci tangan sesuai tahap-tahap yang diberlakukan dan protokol kesehatan lainnya, sama saja masyarakat tidak dapat bekerja sama dalam membantu menghambat virus Covid-19. Tenaga kesehatan juga jadi bekerja dengan protokol baru yang lebih ketat. Alat pelindung diri yang wajib digunakan, masker medis dan pelindung mata. Protokol-protokol kesehatan berikut dapat dilakukan dalam memperlambat penularan Covid-19, yaitu:

Terapkan 3M, yaitu:

- Mencuci tangan secara teratur dengan menggunakan sabun dan air yang bersih. Menggunakan antiseptik (hand sanitizer) berbasis alkohol bila tidak dapat mencuci tangan dengan sabun.

- Menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan atau saat berada di luar rumah.

- Menjaga jarak setidaknya 1 meter antara satu orang dengan orang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun