Mohon tunggu...
Hana  Anisa
Hana Anisa Mohon Tunggu... Administrasi - Tenaga Pendidik - Surakarta

Tenaga Pendidik - Surakarta - tertarik pada dunia literasi, pendidikan anak, relawan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tips Mengajarkan Ibadah di Bulan Ramadan kepada Anak

2 Mei 2021   23:42 Diperbarui: 3 Mei 2021   00:03 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sholat ied Tahun 2019 (doc.pribadi)

"Tee, hari ini aku puasa penuh lho. Aku udah enggak puasa setengah hari lagi." Ungkap keponakanku yang kelas 2 SD

"Tee, kalau syamil puasa setengah hari aja, Syamil masih suka laper" Kata keponakanku yang baru kelas TK B 

Setiap kali bertemu dengan mereka, selalu saja ada laporan seperti itu. Aku bersyukur memiliki keponakan yang mulai ikut menjalankan ibadah puasa ramadan. Keponakanku yang masih kelas 2 SD pun juga tidak pernah rewel lagi ketika dibangunkan sahur. Dia pun tidak pernah mengeluh ketika melihat teman atau adiknya yang tidak puasa sedang makan dihadapannya. 

Keponakanku yang masih TK tidak dipaksa untuk puasa ramadan. Namun, ketika bulan puasa dia selalu meminta makan di saat adzan dhuhur berkumandang. Dia pun juga pengertian dengan kakaknya yang sedang berpuasa. Saat dia makan, dia seringkali bersembunyi supaya sang kakak tidak kepengen. Sungguh sikap toleransi dan saling pengertian diantara keduanya. 

Tidak hanya memberi tahu tentang puasa saja, mereka juga sangat rajin sholat di masjid saat sholat maghrib dan isya. Untuk bulan ramadan, mereka juga ikut sholat tarawih juga di masjid. Masjid yang jaraknya dekat dengan rumah dan banyak teman - teman sebaya mereka yang selalu menghampiri untuk ke masjid membuat dua keponakanku ini semangat pergi ke masjid. Mereka tidak pernah mengeluh capek atau malas. Justru seringnya mereka mengajakku untuk pergi ke masjid bersama. Ketietika adzan telah berkumandang, mereka langsung mengambil air wudhu dan bersiap untuk beribadah. 

Melihat dua keponakanku yang baru berusia 8 tahun dan 6 tahun rajin beribadah membuatku begitu kagum dengan didikan mbak dan masku sebagai orang tua mereka. Ada beberapa tips yang bisa aku pelajari dari cara mereka mengajarkan beribadah kepada keponakanku.

  • Orang tua tidak hanya menyuruh, tetapi mengajak dan memberi contoh 

Setiap kali aku main ke rumah kakakku, aku melihat bagaimana mereka sebagai orang tua tidak hanya memerintahkan anak - anaknya untuk beribadah. Mereka selalu mengajak dan memberi contoh. Ibadah sholat maghrib dan isya di masjid, ayahnya juga turut mendampingi mereka ke masjid. Ayahnya akan menggandeng keduanya berjalan bersama - sama ke masjid terdekat. Saat hujan pun buka menjadi penghalang. Mereka tetap melaksanakan sholat di masjid sambil membawa payung. 

Begitu pun dengan sholat tarawih, ayahnya juga mengajak dan mencontohkan untuk sholat tarawih di masjid. Mamanya juga turut memberikan mereka semangat untuk rajin beribadah. Meskipun mama tidak sholat di masjid karena ada adik bayi, dia selalu mengingatkan anak - anak untuk segera berwudhu dan mempersiapkan mukena, sarung dan sajadah. Saat mereka sedang bermain HP atau menonton tv, mamanya akan menghentikan aktivitas mereka dan memberikan pengertian kepada mereka untuk sholat dulu baru nanti boleh main lagi. 

  • Orang tua melibatkan anak dalam kegiatan ibadah 

Keponakanku yang pertama sudah menjalankan ibadah puasa secara penuh. Dia pun juga mudah dibangunkan untuk sahur. Ayah dan mamanya melibatkan mereka dalam mempersiapkan menu sahur dan buka puasa. Untuk memberikan apresiasi atas suksenya dia menjalankan puasa, mama dan ayahnya terkadang menawarkan kepada keponakanku mau makan apa untuk buka puasa atau mau makan apa setelah sholat tarawih. 

Melibatkan anak dalam mempersiapkan sahur dan buka puasa merupakan salah satu metode learning by doing yang akan diingat sang anak. Dia bisa akan memahami bahwa kalau puasa harus sahur itu jam segini dan harus makan minum supaya kuat menjalankan ibadah puasa. Ketika buka pun juga demikian. Buka puasa itu pada saat adzan maghrib dan sampai sahur tiba, dia boleh makan dan minum lagi. 

  • Orang tua membuka ruang diskusi bersama anak 

Saat aku tidur di rumah mereka atau ketika mereka tidur di rumah orang tua kami, aku selalu mendengar rutinitas mereka sebelum tidur. Ayahnya sering membacakan dongeng dan bertanya kepada keponakanku tentang agama. Misalnya tadi kamu sholat tarawih berapa rakaat? tadi puasanya penuh enggak? Kenapa sih harus puasa ramadan?

Dari pertanyaan sederhana ini kemudian mulailah diskusi ringan antara anak dan orang tua. Di sinilah proses tanya jawab berlangsung untuk mengasah pengetahuan dan pemahaman anak. Orang tua menjadi fasilitator untuk menjawab dan menerangkan segala pertanyaan yang diajukan sang anak dengan bahasa yang bisa mereka pahami. 

Waktu diskusi ini penting karena anak yang masih menyimpan banyak pertanyaan perlu didampingi dalam menemukan jawabannya. Membuka ruang diskusi juga menjadi wadah bagi anak supaya lebih paham dengan ajaran agamanya. Orang tua juga bisa memberikan pemahaman kepada mereka. Selain diskusi melalui pertanyaan spontan, ayah dan mamanya juga kadang ikut menonton serian animasi islami, kemudian mereka meminta anaknya untuk membahas tentang tontonan tadi. Seru setiap kali terlibat dalam diskusi ini. Sering kali aku mendengar jawaban yang cukup menggelitik dari keponakanku. Diskusi ringan, santai tapi serius.

  • Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dari lingkungan sosial

Keponakanku diberikan kesempatan untuk ikut TPA di masjid dekat rumahnya. Belajar bersama teman - teman dan diajari oleh guru ngaji merupakan bentuk pendidikan agama untuk mereka. Berbaur dengan teman - teman akan mengasah kepekaan sosial sang anak. Mereka akan belajar bagaimana hidup bermasyarakat, tolong menolong, saling memaafkan, saling mengingatkan dalam kebaikan yang menjadi bagian dari bentuk ibadah. Di TPA juga diajarkan tentang alasan kenapa harus beribadah, tata cara ibadah dan lain sebagainya.

Dengan memberikan ijin mengikuti TPA, anak bisa lebih banyak belajar dari lingkungan sosialnya. Saat TPA mereka akan belajar untuk sabar menunggu waktu buka puasa tiba, belajar untuk berbuka puasa bersama dengan menu yang ada dan belajar banyak hal lainnya.

  • Orang tua memberikan pendidikan berbasis agama untuk anak 

Mbak dan masku sepakat untuk memberikan pendidikan berbasis agama. Keponakanku di sekolahkan di sekolah swasta. Ketika belum pandemi, sekolah mengadakan kegiatan pesantren kilat untuk semua muridnya. Ketika ramadan pun sekolah juga menambah materi agama seputar bulan ramadan. Guru juga memberikan tugas untuk menjalankan ibadah puasa dengan baik, mempersiapkan menu buka puasa dan lainnya. Tugas ini perlu pendampingan orang tua. Pelajaran agama yang telah disampaikan di sekolah biasanya akan di review kembali oleh ayah dan ibunya supaya anak lebih paham tentang apa yang dia pelajari di sekolah. 

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun