Ada sebuah produk wajib yang harus aku minum saat flu, batuk dan pilek mulai menyerangku. Produk ajaib yang selalu ibu berikan begitu mendengar suaraku berubah seperti kodok adalah tolak angin.
"Iki Tolak anginne dimimik sekben rak kebablasen -- (Ini tolak anginnya diminum dulu supaya sakitnya enggak kebablasan."
Begitulah ibukku yang selalu siap sedia tolak angin di laci khusus penyimpanan obat. Aku masih ingat betul, pertama kali aku minum tolak angin. Saat itu aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Aku lupa sih tepatnya kapan, yang jelas sekitar belasan tahun yang lalu.Â
Pertama kali aku minum tolak angin, rasanya semriwing pedas dan aku gak kuat. Penolakanku saat itu, tidak membuat ibuku menyerah. Beliau langsung mencampurkan satu sachet tolak angin dengan segelas air putih untuk mengurangi rasa pedasnya. Hasilnya oke juga.Â
Rasa pedas yang aku rasakan mulai berkurang dan aku minum tolak angin tanpa sisa. Efeknya? Jelas sekali badanku terasa lebih baik dan aku bisa tidur lebih nyenyak. Sejak saat itu, tolak angin selalu menjadi kebutuhanku saat badan mulai tidak enak.Â
Ketika tubuh mulai rewel dan kesehatan sedang down, tolak angin selalu menjadi penawar yang paling oke. Bukan cuman aku saja yang selalu mengandalkan tolak angin, bapak dan ibuku juga demikian. Bahkan dari merekalah, aku mulai jatuh cinta pada tolak angin.Â
Sejak SD hingga aku masuk dunia kerja, tolak angin selalu menjadi teman setiaku. Belasan tahun sudah aku dan keluargaku menjadikan tolak angin sebagai pelindung kesehatan kami.Â
Khasiat tolak angin tidak pernah berubah. Bahkan, dengan munculnya inovasi produk -- produk baru, tolak angin semakin sempurna menjaga kesehatan tubuh kami.
Yah bisa dibilang, tolak angin membersamai dalam perjuangan hidup kami selama ini. Berkat kehebatan tolak angin, kami bisa selalu produktif. Ketika tubuh menjelang K.O, tolak angin menjadi obat mujarab untuk mengembalikan kesahatan kami.Â
Bersama dalam waktu yang cukup lama, kami semakin tau kalau tolak angin tidak hanya mengusir masuk angin saja. Lebih dari itu. Saat di rumah, kami andalkan tolak angin untuk menangkal pusing dari kepala kami.Â