Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Detoks Media Sosial di Era Digital, Memang Bisa?

23 November 2020   12:40 Diperbarui: 23 November 2020   12:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum membahas tulisan ini lebih lanjut, pertama-tama akan menjawab pertanyaan yang ada pada tajuk terlebih dahulu. Apakah detoks media sosial di era digital bisa dilakukan? Bisa iya, bisa tidak, bergantung setiap individu sebab masing-masing memiliki kebutuhan tersendiri. Jadi, sifatnya akan sangat situasional pun tidak ada takaran berhasil tidaknya.

Faktor utama yang menyebabkan seseorang ingin melakukan detoks media sosial adalah lelah dengan realitas yang menguras emosi, seperti adanya berita tidak menyenangkan secara beruntun. Di era digital, dunia maya justru seolah-olah menjadi tempat pelampisan paling mudah untuk menjangkau lebih banyak massa. Alhasil, hoaks pun akan cepat menyebar.

Dilabeli sebagai dunia. Maka, wajar saja kalau di dalamnya banyak kehidupan-kehidupan. Ketika dunia nyata membuat lelah, lalu membuka media sosial dengan dalih mencari hiburan? Apa malah tidak lelah dua kali? 

Apalagi, tidak berlebihan jika kemajuan teknologi ini bukan sekadar bernama social media, tetapi show off media. Orang lain mengunggah sesuatu yang kebetulan merupakan keinginan pribadi, lalu rasa iri itu timbul.

Lantas, apa alasan seseorang sulit untuk melakukan detoks sosial media? Yang paling utama adalah berkaitan dengan kebutuhan pekerjaan. Lebih-lebih, ketika harus bekerja dengan tim. Ketinggalan informasi atau perkembangan pekerjaan tentu akan sangat merugikan

. Kemudian, adanya FOMO alias fear of missing out. Ketika terlihat tertinggal di pergaulan, pasti timbul perasaan rendah diri. Kalau diperjelas lagi, terlihat ketinggalan zaman di era yang serba mudah seperti saat ini.

Untuk alasan pekerjaan, melakukan detoks media sosial memang mustahil. Hanya saja, penggunaannya dapat dikurangi, bukan? Selain pekerjaan, alihkan perhatian agar tidak bermain sosial media, misalkan dengan membaca buku. 

Di sisi lain, ketika terlalu sering mengunggah apa yang sedang dilakukan, secara otomatis lebih banyak pikiran mengenai penilaian orang lain. Unggahan itu mendapat banyak viewers atau likes berapa, ya? Begitulah kira-kira. Menambah beban pikiran, tentu saja. Istirahatkan pikiran di dunia nyata. Buatlah dunia sendiri agar tidak kehilangan jati diri.

Sementara itu, berkaitan dengan FOMO, hal ini juga cukup mudah untuk dilakukan. Caranya adalah bergaul sebanyak-banyaknya. Bicarakan banyak hal. Tanyakan perkembangan saat ini sesuai minat masing-masing. Dengan begitu, informasi yang didapatkan akan lebih tersaring tanpa adanya muatan-muatan yang tidak menyenangkan.

Tidak bisa disangkal bahwa media sosial memudahkan urusan di era digital seperti sekarang. Namun, penggunaannya yang berlebihan justru akan merugikan. 

Mengikuti perkembangan di dunia maya, terlebih menyangkut kehidupan seseorang akan menghilangkan jati diri sebab hanya terpaku pada perkembangan orang lain dan mengesampingkan perkembangan diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun