Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filter Jerawat: Mempermainkan Konsep Mencintai Diri Sendiri

29 Agustus 2020   13:59 Diperbarui: 29 Agustus 2020   13:48 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diambil dari Alodokter

Sekarang banyak guyonan kalau mau cantik tidak perlu perawatan, cukup menggunakan filter di ponsel pintar untuk mendapatkan wajah cantik memesona. Mungkin, fenomena ini sudah basi alias membosankan, sehingga terciptalah filter yang justru sebaliknya. Filter jerawat! Iya, jerawat yang menjadi masalah banyak orang. Lantas, apa motif seseorang memakai filter ini ketika di luar sana masih banyak orang yang sedang berjuang "lepas" dari jerawat?

Sebagian dari kita yang masih berjuang "lepas" dari jerawat merasa malu atau minder ketika mengunggah foto yang menampakkan wajah. Dari sini saja sudah ketahuan kalau yang memakai filter jerawat adalah seseorang yang tidak memiliki permasalahan wajah alias wajahnya mulus licin seperti porselen (ups, perumpamaan yang kuno). Demi apa? Untuk menunjukkan konsep mencintai diri sendiri bahwa ini aku percaya diri dengan wajahku yang bermasalah, padahal sebenarnya baik-baik saja. Namun, tidak lama setelah itu, menunjukkan wajah aslinya yang mulus licin. Seperti terkena prank? Memang.

Selain untuk mengelabuhi orang lain, filter ini juga digunakan untuk mengelabuhi pacar sendiri, untuk mengetes apakah dia mencintai kita tulus apa adanya. Hasilnya? Sudah bisa ditebak, minta putus! Di sini siapa yang salah dan benar? Tidak ada. Semuanya berhak mendapatkan "kejelasan" perihal hubungan mereka ketika dihadapkan pada sebuah ujian. Menyakitkan memang, tetapi itu kenyataannya.

Mencintai diri sendiri adalah menerima diri kita apa adanya, termasuk segala kekurangan yang menyertainya. Namun, bukan berarti juga kita harus mempublikasikannya ke publik untuk mendapatkan pujian. Dengan masih bertahan hidup, itu sudah cukup. Lebih-lebih, melakukan hal-hal positif bagi orang lain untuk menutupi kekurangan. Dari filter jerawat tersebut, tampaknya konsep mencintai diri sendiri sudah dipermainkan. Seolah-olah, memanipulasi diri sendiri dengan terlihat berbeda akan memunculkan rasa percaya diri.

Sebelum filter jerawat naik daun, filter freckles sudah digemari duluan. Filter ini muncul setelah mendobrak stereotip standar kecantikan bahwa bintik-bintik di wajah bukan menjadi penghalang seseorang untuk tampil cantik. Namun, hal ini tentu sangat berbeda dengan jerawat di mana permasalahannya tidak sesederhana itu. Salah pakai perawatan, malah semakin parah. Bukan hanya itu, rasa sakit yang timbul pun tidak kalah mengganggu. Meski keduanya sama-sama masuk ranah kesehatan wajah, tetapi freckles dan jerawat berbeda. Seseorang bisa mengklaim dirinya tampil lebih imut karena ada bintik-bintik, tetapi bagaimana dengan jerawat? Masih menjadi primadona bahan perisakan.

Kalau bisa sih, filter jerawat dihapus saja. Mau mengetes kesetiaan pasangan? Masih banyak kok caranya. Kalau sudah memanipulasi diri sendiri untuk ajang panjat sosial begini memang apa bagusnya? Cintai diri sendiri dengan apa adanya dirimu, itulah hakikatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun