Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Be(lie)ve [Chapter 2: Melancholy Man]

10 April 2017   17:58 Diperbarui: 11 April 2017   02:00 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

***

            Aileen pikir, setibanya dia di Australia, dia bisa mencari ‘dia.’ Sayangnya, pikirannya tersebut tersita oleh padatnya jadwal kuliah serta urusan-urusan lain. Lagipula, tempat kampusnya berada dan tempat di mana ‘dia’ berada terletak cukup jauh. Jadi, apakah dia bisa dengan mudah mencari seseorang itu tanpa melakukan persiapan terlebih dahulu?

            Gadis asal Malang itu berkuliah di Melbourne, sementara ‘dia’ berada di Wollongong, kota terbesar ketiga di negara bagian New South Wales. Jika melihat peta Australia, Melbourne yang merupakan ibukota negara bagian Victoria memang tampak dekat dengan New South Wales, karena letaknya berjejer ke bawah. Namun, itu bukanlah jaminan kalau Aileen bisa menemukan ‘dia’ dengan mudah.

            Masalah pertama adalah, gadis itu tidak tahu di mana kampus ‘dia.’ Waktu itu, ‘dia’ hanya berkata kalau nanti ingin berkuliah di Wollongong, karena sewaktu SMA pernah pertukaran pelajar ke sana. Namun, terakhir kali mereka berkomunikasi, ‘dia’ belum memberi tahu di mana tepatnya. Meski hal ini menyulitkan Aileen, dia berencana mendatangi semua kampus yang mempunyai jurusan teknik mesin dan elektro pada program master di sana. Ironis sekali memang, tiga tahun mereka kenal, Aileen masih tidak paham tentang apa jurusan ‘dia.’

            Masalah kedua adalah, Aileen masih benar-benar asing dengan Australia. Ini pertama kalinya dia ke sini, atau lebih tepatnya lagi pertama kalinya ke luar negeri. Selain itu, dia sangat susah menghafal jalan. Membaca peta pun kesulitan. Tidak lucu ‘kan kalau dia tersesat selama mencari ‘dia’? Dia mungkin bisa bertanya pada orang di jalan, tapi gadis itu selalu panik dalam keadaan seperti itu dan pada akhirnya hanya berputar-putar saja. Namun, dari masalah ini dia mencoba mencari hal positif apa yang bisa dia dapatkan. Dari sini dia rasa akan memperbaiki kemampuan berbicaranya perlahan-lahan.

            Masalah ketiga adalah, berkenaan dengan sejarah antara New South Wales dan Victoria. Dari semua negara bagian, Victoria merupakan yang terkecil dan hampir mendekati Tasmania, di mana bukan termasuk negara bagian. Hal ini dikarenakan pada tahun 1851 Victoria dinyatakan terpisah dari New South Wales setelah terjadi perburuan emas terbesar di dunia. Kemudian, letaknya di bagian tenggara Australia, berbatasan dengan South Australia di bagian barat dan New South Wales di bagian utara dengan sungai Murray sebagai batasnya. Fakta ini tidak bisa Aileen lupakan begitu saja dan malah memengaruhi psikologisnya, bahwa: sejarah dan alam saja sudah memisahkannya dengan ‘dia.’ Apakah nasib baik masih berpihak padanya?

            Nggak, aku harus tetap berpikir semuanya nggak akan berubah kalau aku nggak melakukan apa-apa. Semoga aku bisa segera melupakannya dan kembali fokus.

            Alien memacu sepedanya lebih kencang lagi agar angin yang menerpa wajahnya bisa menerbangkan pikiran negatifnya itu.

           Hari ini sepulang kuliah, Aileen berniat untuk sedikit berjalan-jalan dengan sepeda yang dipinjamkan oleh Mr. Andrew dan Mrs. Hannah. Selain ingin refreshing sejenak, dia ingin mengeksplor daerah sekitar kampusnya, sendirian. Sebelumnya dia sudah melakukannya dengan teman-teman dari PPI, tapi itu dilakukan malam hari dan sekarang dia sudah cukup lupa jalan.

            Sedikit berjalan-jalan di sini maksudnya dia akan mengambil rute memutar untuk kembali ke flat-nya yang berada di Kildare St. Pertama-tama, gadis itu akan keluar lewat gerbang belakang kampus. Kebetulan waktu itu dia sedang lapar, jadi dia mampir dulu ke kafe milik Deakin University yaitu Fusion Café.

            Menu andalan di Fusion Café adalah Sushi. Aileen ingin memesannya, tapi sayangnya sudah habis. Pilihan akhirnya jatuh ke Ham, Cheese, and Tomato Croissant dan Regular Stir Fry Meal. Masing-masing dibanderol sebesar $6.50 dan $7.90. Cukup terjangkau oleh kantong pelajar seperti dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun