Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Shamrock [Chapter 1: Punishment]

13 Desember 2016   08:58 Diperbarui: 16 Desember 2016   23:24 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

-0-

Kikan rasa, hari ini ia tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia tidak celometan dan mematuhi semua atribut yang sudah ditentukan, tidak seperti Ella, misalnya. Tapi, kenapa sekarang ia dan dua cowok itu dikumpulkan di perpustakaan, lalu ditinggal anggota OSIS yang mengantar ke sana? Sekolah itu semakin menyebalkan saja seiring perkembangan waktu.

            Lantai perpustakaan mini itu dilapisi karpet masjid dan tidak ada meja-kursi, jadi kalau masuk ke sana harus meletakkan sepatu di tempat yang sudah disediakan di luar. Lagi pula, tempat ini memang mempunyai fungsi ganda pada jam-jam sholat.

            Kedua cowok itu bersandar pada rak buku dengan wajah datar. Kikan sendiri merasa bosan kalau diam-diaman seperti ini. Maka, ia putuskan untuk mencairkan suasana. Ia pikir, mereka anak baik-baik, jika dilihat dari penampilan yang rapi.

            “Jangan diem aja deh, ya. Nama kalian siapa?” ucap Kikan lantas menoleh ke kanan-kiri sambil mengatakan namanya. Cowok di sebelah kirinya kontan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, sementara yang satunya masih bergeming.

            “Aku Andes,” katanya dan Kikan mengatakan kalau senang berkenalan dengannya.

“Kalau kamu, siapa namanya?” tanya Kikan pada seseorang di sebelah kanannya.

“Defras,” jawabnya singkat tanpa mengulurkan tangan seperti Andes. Sinar yang masuk dari jendela memantul ke kacamatanya, menimbulkan pembiasan sehingga tampak berwarna ungu kekuningan. Kikan merasa tambah pusing, jadi ia buru-buru mengalihkan pandangan.

Sebentar kemudian, beberapa anggota OSIS masuk, lalu duduk bersila di hadapan tiga orang itu. Salah satunya langsung angkat bicara, “Oke, kalian dapat tugas spesial yaitu membuat sebuah penemuan yang berguna untuk sehari-hari. Jangan lupa, dikumpulkan minggu depan.”

Kikan mencelus, sementara dua lainnya masih tampak tenang. Apa-apaan ini, cobaan apa lagi? Kikan benar-benar tidak mengerti apa yang salah dengan sekolah ini. Tugas itu terdengar seperti hukuman buatnya, ralat—kedua cowok itu juga. Murid-murid lain yang serampangan itu justru tidak mendapatkannya, yang ia rasa lebih cocok untuk mereka. Dan, pada akhirnya, mereka bertiga menurut saja tanpa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun