Mohon tunggu...
Hamzah Zhafiri
Hamzah Zhafiri Mohon Tunggu... Kreator konten -

Suka menulis dan bercerita sebagai hobi. Terutama tema politik, bisnis, investasi, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

[Bekal Menuju 2019] Tentang Jakarta, Pemilu, dan Kedewasaan Politik Kita

12 November 2018   21:09 Diperbarui: 13 November 2018   14:57 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Belakangan ini sering baca berita asyik dari Jakarta. Dari mulai jaring penutup kali, Oke-Oce, rumah DP 0 rupiah, hingga pengelolaan sampah. Jadi terpikir. Mungkin seru kali ya kalau besok Prabowo jadi presiden beneran. 

Jadi 'kan asyik bisa bandingin: oh dulu Jokowi gini, sekarang Prabowo gitu. Oh dulu Ahok begini, sekarang Anies begitu. Jadi semua pilihan dicoba, dinilai, dan dibandingkan. Hehehe.

Oke, kita mundur dikit. Saya akui, saya memang menyukai Jokowi dan Ahok. Tapi bukan berarti saya selalu suka dengan kepemimpinan Ahok atau Jokowi dan gak ada kewajiban buat kita harus, wajib, fardhu ain untuk memilih Jokowi sebagai presiden demi menyelamatkan NKRI sebagaimana yang dikampanyekan kaum cebong. Kalau ada yg lebih baik, kan kenapa enggak? 

Nah, di sinilah pembelajaran yang asyik: mengkritik dan mencari kesalahan petahana itu perlu, sayangnya, itu adalah sesuatu yang juga terlalu mudah untuk dilakukan. Kamu tahu apa yang sulit? 

Pertama, yang sulit adalah jika kita ingin mencari pemimpin untuk menggantikan petahana, prinsipnya ya harus jelas dan paripurna dulu: bukan sekedar yang penting ganti petahananya, yang penting tolak Ahok, yang penting ganti Presiden, tapi kita harus cari dan perjuangkan pemimpin pengganti yang jelas lebih bagus daripada petahananya. Jangan pilih calon yang sama kualitasnya dengan petahana, karena buat apa ganti kalo kualitasnya sama aja? Apalagi kalo penggantinya lebih buruk. BOM!

Hal kedua yang sulit untuk dilakukan: mengakui jika tokoh pemimpin yang berseberangan atas pilihan politik anda, justru menjalankan tugas kenegaraan lebih baik daripada tokoh pemimpin yang anda dukung. 

Dengarkan saya, kita semua cinta Indonesia, makanya itu kita berpolitik. Kita percaya ideologi tertentu, bisa itu ideologi Islam, nasionalis, liberal, marhaenis, dan sosialis, terserah. 

Ideologi tersebut dianut oleh sejumlah parpol, dan parpol pun berpolitik praktis dengan mengusung kadernya untuk mengisi jabatan politik, dari mulai sekecil kepala daerah hingga sebesar presiden dalam kontestasi politik elektoral.

Kita pun sebagai warga negara akan mendukung tokoh tertentu dalam proses elektoral tersebut. Kenapa kita mendukung tokoh tertentu? Karena kita mendukung sosok tokoh tersebut. Kenapa? Mungkin karena kita juga mendukung parpolnya. Kenapa? Karena kita percaya pada ideologi yang diusung parpol tersebut. Kenapa? Karena kita percaya ideologi tersebut akan membawa Indonesia menuju kemajuan dan kesejahteraan. Kenapa kita mau Indonesia maju? Karena kita cinta Indonesia, karena dengan menjadi maju dan sejahtera, kita akan punya kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih beradab, pokoknya lebih baik-baik deh. 

Oke, mungkin tidak semua orang punya alur preferensi politik yang rigid seperti ini, bisa saja anda mendukung tokoh politik tertentu tapi tidak mendukung parpolnya. Iya itu biasa, tapi anda paham maksud saya seperti apa.

Nah, kembali pada pertanyaan sebelumnya, beranikah anda mengakui jika tokoh politik yang lawan, justru menunjukan bukti dapat melaksanakan tugas kenegaraan dengan lebih baik? Maukah anda legowo, jika parpol yang anda tidak suka, justru menunjukan kepemimpinan politik yang lebih baik di negeri ini? Maukah anda terima, jika ideologi yang berseberangan dengan anda, justru bisa membawa arah pembangunan negara ini ke arah yang lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun