Mohon tunggu...
Hamzet
Hamzet Mohon Tunggu... Administrasi - Keterangan Profil harus diisi

Lelaki penadah ilmu, pemulung pengetahuan dan (semoga bisa) mengamalkan serta menebarkannya kembali. Kelahiran Kota Probolinggo yang dalam bahasa gaul lazim disebut "Prolink". Kota ini disebut juga Bayuangga (angin, anggur dan mangga).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

JJS di Pelabuhan Probolinggo

20 Februari 2012   14:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:25 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

| Reported by | HAMZET |

--------------------------------------

JJS atau jalan-jalan sore, merupakan sebuah aktivitas rekreatif murah meriah. Banyak alternatif jujugan sebagai tempat JJS. Bisa window-shopping di mal, atau juga sight seeing menikmati panorama sore menjelang senja. Jika jalan-jalan di seputaran kompleks sudah agak membosankan karena hampir tiap hari dilintasi, ada baiknya jalan-jalan agak jauhan dikit. Inilah yang saya lakukan Minggu sore kemarin, jalan-jalan ke Pelabuhan Probolinggo.

Bersama mantan tunangan dan 2 bocah hasil kemesraan kami berdua, selepas bedug Ashar berangkatlah kami ke daerah paling utara Kota Probolinggo. Sebuah tempat yang beberapa bulan terakhir tidak saya kunjungi. Di sana tak ada –atau mungkin belum ada?- mercusuar sebagai penanda khas sebuah pelabuhan. Nama resmi tempat ini kini Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), setelah beberapa kali berganti nama dari Tempat Pelelangan Ikan dan Pusat Pelelangan Ikan. PPP merupakan pelabuhan baru yang juga dikenal sebagai Pelabuhan Tanjung Tembaga II. Sedangkan pelabuhan lama, terletak di sisi barat PPP  dan disebut Tanjung Tembaga I. Saat ini Tanjung Tembaga I juga sedang dikembangkan untuk dijadikan pelabuhan bongkar muat. Sama seperti PPP aka Tanjung Tembaga II, Tanjung Tembaga I dibangun di atas lahan reklamasi.

[caption id="attachment_172390" align="aligncenter" width="661" caption="ABG berfoto ria di depan kantr PPP"][/caption]

Berlokasi di sisi utara Kota Probolinggo menghadap ke sebuah pulau kecil milik Kabupaten Probolinggo. Pulau Gili Ketapang, demikian nama pulau yang terdiri dari satu desa itu. Perlu waktu 30 menit berlayar menuju pulau karang tersebut dari Pelabuhan Probolinggo. Konon katanya pulau karang ini bergeser sekian senti meter setiap tahun. Jika benar, bisa-bisa pulau ini kelak akan menabrak Pulau Bali, dong. Hehehehe...

13297485371142255189
13297485371142255189
[caption id="attachment_172395" align="aligncenter" width="683" caption="Tempat Pelelngan Ikan"]
13297483221425983834
13297483221425983834
[/caption]

Pemandangan di Pelabuhan ini memikat banyak orang terutama di hari libur. Selain kejaran ombak, hutan bakau, Pulau Gili Ketapang, pula jajaran biru pegunungan di daerah selatan menyejukkan mata. Asalkan cuaca cerah, jika pandangan kita arahkan ke barat daya, akan tampak puncak gunung tertinggi di Jawa, Semeru, berdiri kokoh di balik pegunungan Tengger. Sementara arah tenggara memaparkan gugusan pegunungan Argopuro, tempat situs sejarah Dewi Rengganis berada.

[caption id="attachment_172403" align="aligncenter" width="663" caption="Para pedagang memanfaatkan keramaian pelabuhan"]

1329748827437228228
1329748827437228228
[/caption]

[caption id="attachment_172404" align="aligncenter" width="663" caption="Lahan hasil reklamasi siap menampung bangunan. Untuk industri kah?"]

1329749030259111789
1329749030259111789
[/caption]

[caption id="attachment_172405" align="aligncenter" width="597" caption="Mandi dilaut. Ada juga yang terapi"]

13297491711050685413
13297491711050685413
[/caption]

Minggu kemarin, pelabuhan dipayungi mendung sehingga tak ada sengatan terik matahari. Wisatawan lokal seabreg-jumbreg memenuhi setiap sudut areal pelabuhan. Ada yang membawa serta keluarga, bersama teman, pacar atau bahkan selingkuhan. Agaknya, tak hanya wisatwan lokal Probolinggo yang tertarik ber-JJS ria di sini. Saya lihat beberapa mobil berplat luar kota juga keluar-masuk. Seperti berekreasi ke sebuah tempat wisata saja, mereka duduk-duduk menggelar tikar lengkap dengan sajian kudapan di atasnya.

Ada banyak motif orang berkunjung ke Pelabuhan ini. Sekadar melihat-lihat sebuah bangunan dengan biaya miliaran bahkan triliunan rupiah itu, pacaran, mandi air laut sebagai terapi membersihkan penyakit kulit atau memang berniat menikmati pemandangan sore pantai. Bahkan sekelompok penghobi Fotografi juga tampak sibuk jeprat-jepret. Selain kamera DSLR mereka juga membawa tripod. Jadi teringat seorang Kompasianer kawan kita, Pak Dian Kelana yang kemana-mana nyangking kamera.

Pelabuhan ini jauh lebih bersih daripada Tanjung Tembaga I yang joroknya minta ampun. Di sana, selain tebaran sampah, aroma khas pasar ikan menguar memenuhi seantero pelabuhan. Tapi, tunggu dulu, PPP alias Tanjung Tembaga II masih baru, masih kinyis-kinyis. Wajar jika masih tampak bersih. Di sebuah sudut sudah mulai ada tanda-tanda ‘hiasan’ sampah yang dibuang sembarangan. Jika pengelola pelabuhan tidak menindak para pembuang-sampah-sembarangan, dan perilaku masyarakat masih tak acuh terhadap kebersihan, jangan harap lingkungan bisa terbebas dari sampah.

[caption id="attachment_172406" align="aligncenter" width="688" caption="Benar-benar eneg saya melihat sampah mulai mengotori pelabuhan"]

13297493651406841921
13297493651406841921
[/caption]

Itulah sekelumit JJS saya di Minggu sore kemarin di sebuah aset yang akan memperkuat Kota Probolinggo sebagai Kota INDADITASI (Perindustrian, Perdagangan, Pendidikan dan Transportasi).

Lah kok segini doang ya..... *garuk2 jidat

| Gending | 20022012 |

| penyair kenthir berdarah |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun