Mohon tunggu...
Hamza Pansuri
Hamza Pansuri Mohon Tunggu... Dosen - Menikmati kehidupan maya

Dosen Swasta STAI Nurul Falah Airmolek

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Afiksasi Asli dan Afiksasi Asing dalam Bahasa Indonesia

4 Juli 2012   08:23 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 3668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pendahuluan

Bahasa Indonesia mempunyai banyak kata yang berasal dari bahasa lain seperti bahasa Arab, Cina, Sanskerta, Portugis, dan Inggris. Dari bahasa Portugis kita mendapat kata seperti sepatu dari asal kata capato, gereja dari igreja, perlente dari parlenda. Bahasa Inggris juga banyak menambah kosakata kita, misalnya manajemen, komputer, internet, regular. Sementara, bahasa Belanda memperkaya kosakata  dengan kata taplak dari asal kata tafellaken, got dari goot, indehoy dari in het hooi, indekos dari in de kost, sirsak dari zuurzak.  Bahasa Arab seperti Muslim, Muslimat, Muslimin, Mukmin, Mukminat, Mukminin, akhwat, Ikhwan, Fatayat, Takmir, Muadzin, Hafidz.

Contoh kata-kata di atas dikenal dengan istilah Inggris loanwords atau Belanda leenwoorden. Bahasa Indonesia mengenalnya sebagai kata pinjaman atau serapan. Namun, istilah loanwords, leenwoorden dan kata pinjaman rasanya kurang pas. Bagaimana caranya kita mengembalikan kata yang pernah kita pinjam?

Tetapi, dalam bahasa Belanda istilah kata pinjaman benar-benar bisa diartikan secara harafiah. Itu artinya kata pinjaman tadi pada suatu ketika harus dikembalikan.

Bahasa Belanda pernah meminjamkan kepada kita kata-kata seperti voorloper dan slootkant. Kedua kata itu kita adaptasi menjadi pelopor dan selokan. Bahasa Inggris pun pernah meminjam kata baas. Juga bahasa Belanda dari abad pertengahan snacken, dan brandewijn, yang kemudian diserap menjadi boss, snack, dan brandy. Bahasa Prancis juga meminjam kata mannekijn yang lantas diserap menjadi mannequin.

Setelah sekian lama bahasa Indonesia, Inggris, dan Prancis meminjam kata-kata itu dari bahasa Belanda, maka bahasa Belanda “menagih” kata-kata itu berikut “bunganya”. Jika membuka kamus Belanda Van Dale (1993), maka kita bisa mendapatkan kata-kata plopper, slokan, boss, snack, brandy, dan mannequin. Kata-kata itu ada yang tetap maknanya, tetapi ada juga yang berubah. Slokan, boss, dan brandy tidak mengalami perubahan makna.

Sementara plopper, snack, dan mannequin berubah maknanya. Kata pelopor dan voorloper mempunyai makna berjalan terdahulu, pembuka jalan, perintis jalan. Sedangkan plopper maknanya menyempit menjadi perintis pergerakan kemerdekaan Indonesia. Selain itu kata plopper juga berarti orang Indonesia dengan konotasi negatif.

Kata snacken bermakna menggigit, tetapi setelah diserap bahasa Inggris menjadi kudapan atau makanan ringan. Kemudian kata snack ini diserap kembali ke dalam bahasa Belanda dengan makna yang sama. Begitu juga dengan kata mannekijn, laki-laki kecil. Kata ini kemudian diserap bahasa Prancis menjadi mannequin yang berarti boneka untuk memajang pakaian atau peragawan/peragawati. Bahasa Belanda menyerap kata ini dengan makna yang sama pula.

Dengan demikian bahasa Belanda tidak kehilangan kata-kata yang dipinjamkannya, tetapi bahasa Belanda bahkan mendapat “bunga” berupa kata-kata itu tadi. Jadi, dengan meminjamkan kata kepada bahasa lain, bahasa Belanda justru mendapat kata-kata baru yang sekaligus menambah kosakatanya

Dari kosakata pinjaman atau serapan tersebut, akan mengalami proses  afiksasi dalam bahasa Indonesia. Pada umumnya kosakata yang dipinjam terdiri pada nomina, adjektiva dan verba.

Dalam makalah ini, penulis ingin memaparkan beragam afiksasi pada nomina dan ajektiva yang ada dalam bahasa Indonesia. Pemaparan tersebut akan menunjukkan mana yang asli dari bahasa Indonesia dan mana yang diambil dari bahasa asing.

Perkembangan Bahasa

Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan masyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dari hasil kebudayaan tersebut, masyarakat pendahulunya menggunakannya untuk kelangsungan hidup. Kadang mereka menjadikan gagasan maupun tindakan pendahulunya sebagai pola hidup dikemudian hari atau sering disebut tradisi; tetapi mereka kadang membuat pembaharuan, kadangkala merubahnya sekaligus.

Kemajuan yang dicapai umat manusia pada masa sekarang terasa begitu mengalir bagaikan air, makin lama makin mencapai kematangannya. Penemuan alat di bidang transportasi dari yang tradisional; hewan (Kuda, Unta)– api (Kereta Api)– bahan bakar (Mobil, Pesawat terbang, Kapal laut,) – listrik (Kereta api) – tenaga matahari (mobil), menunjukkan kemajuan yang begitu cepat – apatah untuk menghemat waktu, sehingga dunia serasa makin dekat. Kita hanya butuh hitungan jam untuk pergi ke Timur Tengah, hitungan hari ke Eropa atau Amerika. Inilah realita yang harus kita hadapi saat ini.

Bahasa manapun di dunia ini akan mengalami perkembangan, baik segi kosakatanya maupun peminjaman dari bahasa asing. Di era global yang menuntut penggunaan teknologi serta beragam propesi, sehingga kebutuhan akan kosakata baru atau pengganti kosakata lama terus berlangsung.

Kerangka Teoritis

Afiksasi

Afiksasi merupakan proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas kata. Melalui afiksasi bahasa-bahasa di dunia ini  bertambah kosakatanya, baik melalui kosakata asli maupun peminjaman dari bahasa asing.

Afiksasi ada beberapa macam, antara lain: pertama prefiks yaitu afiks yang ditambahkan pada bagian depan kata misalnya ber pada bersepeda, kedua Infiks yaitu afiks yang diselipkan ke dasar kata, ketiga sufiks yaitu ditambahkan pada bagian belakang kata, misalnya an pada ajaran.

Berikut data kosakata yang menunjukkan profesi, antara lain:


Wartawan (kata dasar warta)

Wartawati

Fisikawan

Fisikawati

Reporter

suporter

Jurnalis

Linguis

Tengkulak (kata dasar kulak)

Direktur

Redaktur

Presiden

Sinden

Menteri

Pemimpin (kata dasar pimpin)

Guru

Ustadz

Ustadzah

Ulama

Pendeta

Pastur

Pejuang (kata dasar juang)

Penari  (kata dasar tari)

Penyanyi  (kata dasar nyanyi)

Pemain   (kata dasar main)

Olahragawan

Cendikiawan

Antropolog

Politikus

Seniman (kata dasar seni)

Budayawan (kata dasar budaya)

Agamawan (kata dasar agama)

Psikolog

Dokter

Sejarawan (kata dasar sejarah)

Penulis (kata dasar tulis)

Mekanis

Masinis

Pilot

Sopir

Hartawan (kata dasar harta)

Kritikus

Pemandu

Pemahat

Dan lainnya…



Beberapa kosakata yang diungkapkan diatas ada prepiks pe, dan sufiks og, wan, us, ir, is, en, dan kosakata mandiri yang tak dapat dirunut tanda prepiks maupun sufiksnya sebagaimana pada kosakata yang tidak dapat penulis ungkapkan. Kesemuanya ini merujuk pada profesi manusia.

Ada beberapa profesi yang diadopsi dari bahasa asing antara lain, ulama, pendeta, pastur, presiden. Hal ini memang tidak dapat dielakkan lagi, karena bangsa Indonesia bukanlah bangsa tanah asal lahirnya agama, serta yang pertama mengadopsi agama. Maka bahasa Ibrani, Arab dan Yahudi mendominasi peristilahan keagamaan, karena bangsa mereka adalah tanah asal lahirnya agama.

Berangkat dari hal tersebut, bahasa Indonesia hanya mempunyai keaslian pada prefiks pe dan sufiks wan. Keduanya mendominasi dalam pembentukan kosakata profesi. Penggunaan prefiks pe mendapat perkembangan yang cukup pesat dan banyak terdapat dalam bahasa Indonesia, antara lain:

·pe- pada contoh pewangi, penyanyi, pelajar, pemakai, penasehat, pemusnah, Apabila beremu kata yang bermula dengan huruf m, n, l, ny, w, dan p

·pem- pada contoh pemfitnah, pembohong, pembawa,  Apabila bertemu dengan kata yang bermula dengan huruf b dan f.

·pen- penjahit, pendengar, pendusta, penyair, Apabila bertemu kata yang bermula dengan huruf c, d, j, s, p, dan z

·peng- pengkhayal, pengedar, pengubah, pengikut, Apabila bertemu kata yang bermula dengan huruf a, I, e, o, u, g, h, dan kh

·penge- pengecat, pengebom, Apabila bertemu dengan kata yang cuma terdiri daripada satu suku kata.

Makna Kata Pe antara lain:

·alat / perkakas pembakarpengasahpenukulpenapis -alat untuk membakar

·orang yang membuat .......penulis, pencipta, orang yang menulis

·sesuatu yang menyebabkan jadi ….. pengasih, pemanis, pendingin sesuatu yang menyebabkan jadi dingin

·Orang yang selalu atau suka ….. penidur, pemalas, perokok, orang yang suka tidur

·Orang yang mempunyai sifat … . pemalupemurahpembengis orang yang

·mempunyai sifat malu

·milik sifat seseorang ......pemuda, pemarah, pemaaf, pengasih, penyayang

·Ukuran bagi waktu atau tempat .........pemeluk, penanak.

·Hasil atau kesan daripada sesuatu ......penyakit, pendapat,  kesan.

Imbuhan akhiran –wan mempunyai makna, antara lain:

·Menyatakan orang yang ahli dalam hal yang tersebut pada bentuk dasar, dan tugasnya berhubungan dengan hal yang tersebut pada dasar. Pada contoh negarawan “orang yang ahli dalam kenegaraan dan tugasnya berhubungan dengan masalah kenegaraan”, tatabahasawan “orang yang ahli dalam tatabahasa dan berkecimpung di bidang ketatabahasaan”, sejarawan “orang yang ahli dalam ilmu sejarah dan berkecimpung di bidang kesejarahan”.

·Menyatakan ‘orang yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Pada contoh cendikiawan “orang yang cendikia”, sosiawan “orang yang bersifat sosial”. Hartawan “orang mempunyai harta”.

Kesimpulan

Kata serapan merupakan tradisi dalam bahasa-bahasa yang ada di dunia. Baik karena kekurangan bahasa yang bersangkutan, atau sebagai inovasi dari bahasa lama yang bersangkutan.

Kata serapan ada yang dapat berkembang pada proses afiksasinya dan ada juga yang mengalami kebekuan. Tentunya sesuai dengan zaman yang mengikutinya.

Kata serapan dapat dijadikan lahan untuk memperkaya kosakata yang sudah ada. Karena akan dapat memperkaya hasanah masyarakat pemakainya. Kesadaran pemakaian bahasa akan memajukan masyarakat itu sendiri.

koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003) h. 72

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 3

Laurie Bauer, Introducing Linguistic Morphology, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1988), h. 19

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun