Mohon tunggu...
Hamzun
Hamzun Mohon Tunggu... Penulis - Memuat Seputar Karya Tulisan, Catatan Harian, Media Berita dan Informasi

📝Literature Enthusiasts 🖌Kaligrafi 📝Kreator Media 🖌Jurnalisme YouTube, click link below ⤵️ youtu.be/hNI4KXdnNFM

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Part 2] "Kelabu & Curahan Sedu"

19 Oktober 2021   17:09 Diperbarui: 19 Oktober 2021   17:24 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Malam itu seakan membawa kembali kenangan dan cerita lama, dalam keheningan ku merenung, 'begitu menyesal kala itu ku buat dirinya pergi selamanya'.

Entah apa yang difikir tiba-tiba sosok bayangan tiba memasuki alam bawah sadar dan menyapa serta melambaikan tangan. Ternyata bukan kepalang kagetnya bayangan itu muncul dari seorang sosok yang dulu pernah pergi meninggalkan.

Seorang yang pernah teramat spesial bahkan sampai mengalahkan spesialnya martabak abang-abang pinggir jalan kedai kecil dekat sekolah lamaku. Sosok yang selalu kuhadirkan bayangan wajahnya disetiap lamunan dan keheningan malam yang teramat sunyi. Namun semua itu berakhir kala tragedi itu dimulai. Saat kulihat dia sedang jalan berdua bersama laki-laki lain ditengah dinginnya malam dilangit tahun baru di salah satu taman tempat kebanyakan orang-orang memadu kasih. Ahh begitu menyedihkannya saat itu.

Seketika rasa sayang yang sedemikian besar dan terpupuk dengan subur kini menjadi penyesalan dan juga rasa sakit yang teramat. Seakan dunia kelam dan gelap gulita saat itu juga. Hanya saja tak ada meteor atau ledakan merapi yang menjadi puncaknya. Hanya sekelumit fikiran dan prasaan yang hanyur dihantam badai pilu yang begitu derasnya.

Duniaku kelabu dan hampa dibuatnya. Tak ada rasa dan asa, hanya kebencian dan juga sumpah serapah yang selalu menjadi andalannya. Ku berbaring sedu dalam kegalauan, dunia trasa tak adil dibuatnya. Sungguh luka yang teramat dasyat, susah payah ku bangun sendirian, susah payah tuk bisa kembali bangkit dalam pendirian dan juga berkemas tuk lanjutkan apa yang semestinya dilakukan. Sia-sia belaka, hanya gundah gulana yang ada, menyisakan isak tangis dan luka yang teramat menyiksa.

Terimakasih, tahun penuh luka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun