Dalam kehidupan sehari-hari ada satu hal yang menarik, yaitu masyarakat meyakini adanya makna atau rahasia pada angka empat puluh. Misal, tahlilan hari ke-40, banyak masyarakat Muslim di Indonesia menganggap hari ke-40 setelah wafatnya seseorang sebagai momen penting untuk mendoakan almarhum.
Dalam tradisi masyarakat Mandar, salah satu etnis yang ada di Provinsi Sulawesi Barat, selain tahlilan hari ke-40 wafatnya seseorang, juga memiliki kepercayaan unik dimana bayi yang baru lahir dan jamaah haji yang baru pulang harus berdiam diri di rumah selama 40 hari, setelah cukup, baru boleh keluar rumah (semacam karantina). Tradisi-tradisi ini menunjukkan betapa angka 40 dianggap memiliki makna spiritual yang mendalam. Meski kebiasaan yang diyakini itu tidak memiliki dasar dalil yang eksplisit. Namun menariknya, keyakinan akan kesakralan angka 40 ini ternyata memiliki akar dalam khazanah keislaman yang cukup mendalam.
Dalam khasanah keislaman pembahasan tentang angka 40 itu terdapat dalam Al Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW. yang tampak komplementer, saling melengkapi. Seperti yang terdapat QS. Al-Baqarah (2:51) Allah menyebutkan bahwa Nabi Musa berpuasa selama 40 hari saat menerima wahyu di Gunung Sinai; "Dan (ingatlah) ketika Kami menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) setelah empat puluh malam..." Dalam ayat lain, Allah SWT. menyebut bahwa uisa 40 tahun sebagai masa kedewasaan sempurna manusia, sebagaimana QS. Al-Ahqaf (46:15); "Hingga apabila dia telah dewasa dan umurnya mencapai 40 tahun..." Ini bisa dimaknai sebagai usia di mana seseorang mencapai kematangan akal dan spiritual.
Disebutkan dalam surah Al-Ahqaf ayat 15 mengenai kalima 'empat puluh' tahun yang menurut para pakar tafsir kalimat tersebut mengandung unsur peringatan dan pesan. Dibalik angka 40 terdapat suatu kisah yang menjadikan angka ini memiliki keistimewaan. Kisah dimana Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun yang terjadi di Gua Hira saat Nabi Muhammad menjalankan ibadah. Dan sampai akhirnya malaikat jibril menghampiri beliau untuk menyampaikan wahyu kepadanya sambil mengajarkan membaca kepadanya. Wahyu pertama yang disampaikan adalah QS. Alaq ayat 1-5.
Menurut tafsir Ibnu Katsir dari suatu pendapat yaitu di usia 40 tahun akal seseorang sudah matang dan pemahaman serta pengendalian dirinya sudah sempurna, tidak akan berubah lagi dari kebiasaan yang dilakukannnya. Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan dan Al-A'masy, Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa ia pernah bertanya kepada Masruq, "Bilakah seseorang dihukum karena dosa-dosanya?" Masruq menjawab, "Bila usiamu mencapai empat puluh tahun, maka hati-hatilah kamu dalam berbuat.
Sejalan dengan itu pendapat Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi dalam tafsir jalalain mengatakan bahwa awal kematangan berfikir dan emosional seseorang terjadi pada usia 30-33 tahun dan puncak kematangannya pada usia 40 tahun.
Nabi Muhammad SAW., Â bersabda: "Barangsiapa yang bertekad (beragama) dengan sungguh-sungguh selama 40 hari, maka Allah akan menjadikan hikmah mengalir dari hatinya melalui lisannya." (HR. Abu Nuaim). Ini menunjukkan bahwa 40 hari adalah waktu penting untuk membentuk kebiasaan baik atau mendekatkan diri kepada Allah. Dapat dikatakan bahwa 40 hari dalam hadis tersebut adalah masa pembentukan iman.
Selanjutnya dalam hadis yang lain Nabi Muhammad SAW. menyebut bahwa Allah memberi kelonggaran kepada hamba-Nya hingga usia 40 tahun sebelum catatan amal mulai diperhitungkan secara ketat (HR. Ahmad).
Angka 40 bukan angka sembarangan. Dalam Al-Qur'an dan hadis, angka ini muncul dalam berbagai momen penting; a) Nabi Musa berpuasa selama 40 hari sebelum menerima wahyu di Gunung Sina, b) Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama saat berusia 40 tahun --usia kematangan jiwa dan raga, c) Banjir besar pada zaman Nabi Nuh berlangsung 40 hari dan 40 malam, d) Bani Israil "diputar-putar" di padang pasir selama 40 tahun sebelum mencapai tanah yang dijanjikan, e) Dalam hadis, disebutkan bahwa jika 40 orang yang saleh ikut menyolatkan jenazah, Allah akan memberikan syafaat.
Selain itu, Allah menggunakan angka 40 dalam konteks ujian, kesabaran, dan persiapan spiritual, dimana Angka 40 itu kerap menjadi batas waktu ujian sebelum datangnya kemenangan atau pengampunan. Sebagai contoh atas hal itu, terdapat berbagai peristiwa yang menimpa beberapa nabi dan kaum sebagaimana yang tercata dalam sejarah, seperti: a) Nabi Musa AS diasingkan selama 40 tahun setelah membunuh seorang Qibti, lalu berpuasa 40 hari untuk menerima Taurat (QS. Al-Baqarah: 51), Bani Israil dihukum mengembara 40 tahun di padang pasir karena menolak berjihad (QS. Al-Maidah: 26), dan c) Nabi Yunus AS berdakwah selama 40 hari sebelum kaumnya bertaubat.