Mohon tunggu...
Hamzah Ismail
Hamzah Ismail Mohon Tunggu... Jamaah Maiyah Mandar, Yayasan Masyarakat Mandar Madani

Baca Buku dan sedikit menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta Dalam Pemikiran Emha Ainun Nadjib: Antara Tuhan, Muhammad dan Manusia

25 Maret 2025   17:04 Diperbarui: 25 Maret 2025   17:04 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta semesta, Sumber foto : AI ChatGPT

Cak Nun, atau Emha Ainun Nadjib, bukan sekadar seorang budayawan atau intelektual, tetapi juga seorang pencinta dalam makna yang luas. Pemikirannya tentang cinta melampaui romantisme dan sentimentalitas; ia menempatkan cinta sebagai poros kehidupan yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, Muhammad dan Manusia serta kebudayaan yang melingkupinya.

Cinta kepada Tuhan

Bagi Cak Nun, cinta kepada Tuhan bukanlah sekadar ekspresi emosional atau ritualistik, melainkan sebuah kesadaran yang hidup dalam keseharian. Ia sering menekankan bahwa hubungan dengan Tuhan bukanlah hubungan transaksional---di mana manusia hanya meminta dan berharap diberi---melainkan hubungan yang berbasis pengabdian, ketulusan, dan pemahaman mendalam. Dalam berbagai Maiyahan, ia kerap mengajak jamaahnya untuk merenungi konsep "manunggaling kawula lan Gusti" dalam Islam, yang sejatinya merupakan manifestasi cinta antara makhluk dan Khalik.

Cinta kepada Sesama Manusia

Dalam berbagai pemikirannya, Cak Nun menekankan bahwa cinta kepada manusia adalah konsekuensi dari cinta kepada Tuhan. Baginya, mencintai manusia berarti menerima mereka apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Konsep cinta ini bukan sekadar toleransi atau empati biasa, tetapi sebuah sikap yang aktif, merangkul, dan melibatkan diri dalam kehidupan orang lain.

Cak Nun juga menyoroti pentingnya cinta dalam relasi sosial, baik dalam keluarga, komunitas, maupun bangsa. Ia kerap mengkritik keras sistem dan struktur yang memperkecil ruang bagi manusia untuk saling mencintai dan memahami. Baginya, bangsa yang sehat adalah bangsa yang didasarkan pada cinta dan kasih sayang, bukan sekadar aturan dan kepentingan politik.

Cinta dalam Kebudayaan

Dalam ranah kebudayaan, Cak Nun melihat cinta sebagai energi yang melahirkan, merawat, dan membangun peradaban. Ia memandang kebudayaan sebagai ekspresi cinta kolektif suatu masyarakat terhadap nilai-nilai yang mereka anggap luhur. Oleh karena itu, kebudayaan bukan sekadar warisan nenek moyang, tetapi harus terus dihidupkan dengan kesadaran dan kecintaan yang mendalam.

Ia sering mengkritik bagaimana modernisasi yang serampangan dapat menjauhkan manusia dari akar budaya dan nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi fondasi kehidupan. Dalam setiap pertunjukan dan diskusinya, Cak Nun mengajak masyarakat untuk mencintai dan merawat kebudayaan mereka sendiri sebagai bagian dari ekspresi cinta kepada Tuhan dan manusia.

Pemikiran Cak Nun tentang cinta mengajarkan bahwa cinta bukan sekadar kata-kata atau perasaan sesaat, tetapi sebuah prinsip hidup yang harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Cinta kepada Tuhan mengantar manusia pada keikhlasan dan pengabdian, cinta kepada sesama menciptakan keharmonisan sosial, dan cinta dalam kebudayaan menjaga identitas serta martabat suatu bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun