Mohon tunggu...
Hamsina Halisi 1453
Hamsina Halisi 1453 Mohon Tunggu... Penulis - Nama lengkap Hamsina Halisi, lahir di Ambon 10 September 1986. Saat ini aktif disalah satu organisasi di Indonesia dan komunitas sebagai aktivis dakwah. Selain itu sedang menggeluti dunia kepenulisan.

Menulis adalah cara untuk merubah peradaban dan mengikat ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Money

Harga Cabai Semakin Pedas, Islam Solusi Kendalikan Mekanisme Pasar

25 Maret 2021   21:00 Diperbarui: 25 Maret 2021   21:05 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harga cabai di Kota Kendari naik hingga tembus Rp 70 ribu per kilogram. Kenaikan harga tersebut terjadi hampir di semua pasar tradisional di Kota Kendari. (Telisik.id,17/03/21)

Kenaikan ini disinyalir sebagai akibat dari perubahan iklim ketika memasuki musim penghujan sehingga mempengaruhi produksi cabai dari petani. Sebelumnya harga normal cabai dipasaran berkisar 30 ribu rupiah perkilonya hingga harga cabai melonjak drastis menembus angka 70 ribu per kilonya.

Melonjaknya harga rempah dipasaran tak hanya berpengaruh pada produktivitas cabai di kota Kendari. Hal ini pun terjadi pada kenaikan harga cabai jenis rawit di pasar tradisional sebelumnya di berbagai daerah lainnya. Kendati demikian, Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga barang kebutuhan pokok (bapok) menjelang Ramadan dan Lebaran 2021.

Pusat Informasi Harga Pangan Nasional mencatat, harga cabai rawit merah rata-rata 19 provinsi tembus Rp 79.250 hari ini. Merespons hal itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, fenomena ini memang bukan hal yang baru dan terus terjadi setiap tahunnya.(Detikfinance.com,11/01/21)

Lonjakan harga cabai bahkan hingga kebutuhan pokok masyarakat lainnya memang selalu menjadi polemik dan menimbulkan gejolak di masyarakat. Apalagi hal ini kerap terjadi tiap menjelang datangnya hari-hari besar keagamaan. Meski demikian pemerintah  selalu berdalih menjamin adanya pasokan kebutuhan pokok tersebut, namun lonjakan harga tetap tak terhindarkan bahkan hingga memicu inflasi.

Sejatinya tabiat kapitalisme menjadikan problem kenaikan harga kebutuhan masyarakat seperti yang telah dipaparkan diatas berimbas pada perubahan iklim serta tidak tersedianya kebutuhan pokok tersebut. Sebab adanya kebutuhan pokok terpenuhi karena adanya permintaan dan penawaran oleh masyarakat. Karenanya, ketika pasar tradisional maupun modern menaikkan atau menurunkan harga barang hal ini dipengaruhi oleh permintaan masyarakat. Oleh sebab itu, adanya kenaikan harga cabai saat ini tidak hanya disebabkan oleh masalah perubahan iklim, tetapi kurangnya ketersediaan barang disamping permintaan masyarakat yang begitu tinggi apalagi ketika menjelang ramadhan dan lebaran.

Disisi lain, permasalahan ini tak terlepas dari salah tata kelola pengurusan pangan oleh pemerintah yang tidak mampu menanggulangi pasokan kebutuhan masyarakat serta mengendalikan harga dipasaran. Padahal permasalahan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat begitu penting dan harus dipenuhi bukan hanya sekedar naiknya harga cabai tapi juga kebutuhan lainnya seperti bawang, daging, beras dan sebagainya.

Ketidakberesan ini membuat, para mafia bebas memainkan harga barang dipasar salah satunya dengan penimbunan barang. Tak hanya itu, solusi praktis dengan mengandalkan impor pangan/barang menjadi bukti ketidakmampuan pemerintah yang sulit mengendalikan harga pasar serta menyediakan kebutuhan pokok masyarakat ketika menjelang hari besar keagamaan. Kenyataan ini bisa kita lihat ketika pemerintah kembali membuka kran impor beras tahun ini sebanyak 1 ton. Sementara stok ketersediaan beras  masih terbilang cukup banyak hingga april mendatang.

Badan Pusat Statisik (BPS) bahkan memperkirakan produksi beras lokal sepanjang Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, naik 26,84 persen atau 3,08 juta ton dari periode sama di tahun lalu yang sebesar 11,46 juta ton.

Sungguh disayangkan disaat pasokan pangan masih tersedia justru pemerintah getol melakukan impor. Padahal harusnya pemerintah lebih fokus menangani permasalahan kurangnya pangan misalnya terkait lonjakan harga cabai akibat faktor "alami" dengan melakukan suplay dibeberapa daerah yang memiliki ketersediaan pangan.

Islam telah memberikan solusi bagaimana mengatasi kenaikan harga tersebut. Jika melambungnya harga karena faktor “alami” yang menyebabkan kelangkaan barang, maka Islam mewajibkan negara untuk mengatasi kelangkaan tersebut dengan mencari suplay dari daerah lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun