Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Kegelisahan Anak Perempuan Pasca Perceraian Orangtua

22 Mei 2023   21:00 Diperbarui: 23 Mei 2023   10:19 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak korban perceraian.| Dok Freepik via Kompas.com

Perceraian, telah mencabut akar serabut rumah tangga dan memutus hubungan kekeluargaan antar suami istri dan anak. Apapun alasan perceraian, ada gusar yang menghantui kehidupan anak perempuan.

Pertanyaannya "mengapa anak perempuan?" bukan anak laki-laki. Dimaklumi bahwa maskulinitas menjadi ciri khas seorang laki-laki, lebih mengedepankan logika berpikir dari pada sikap emosional. Anak-laki-laki lebih mudah beradaptasi dalam banyak situasi dibanding dengan anak perempuan yang senantiasa merawat luka dan masa lalunya.

Apalagi sosok sang ayah, bagi anak perempuan memiliki makna utama, berkaitan dengan ketika memasuki usia dewasa, terutama di saat remaja. Menjelang berumah tangga menuju pelaminan, banyak fakta yang menjadikan anak perempuan sangat gelisah, bukan saja berkaitan dengan sosok ayah sebagai orangtua biologis, juga berkaitan dengan kesempurnaan dalam memenuhi rukun perkawinan.

Keberadaan anak pasca perceraian orang tuanya, lebih banyak berada dalam pengasuhan ibu, walau prakteknya ada juga sang ayah menjadi tempat pengasuhan. Maka ketika anak perempuan berada dalam pengasuhan sang ibu ada situasi yang kurang baik, apalagi perceraian berawal dari perilaku yang tidak baik sang suami.

AYAH YANG DISEMBUNYIKAN

Kemarahan dan kedongkolan seorang istri kepada suaminya ketika bercerai menjadi bara bagi keharmonisan komunikasi sang anak. 

Beberapa kasus terjadi, sang ibu menananamkan kepada mind set anak, bahwa ayahnya berada di tempat yang jauh, "ayahmu meninggalkan kita" kata sang ibu kepada anaknya, atau "ayahmu pergi jauh mencari nafkah" dan pernyataan lainnya.

Sang ibu berusaha mengkaburkan keberadaan sang ayah (mantan suaminya) kepada sang anak dengan dalih, tidak pantas menjadi ayah bagi anaknya, ada juga karena tidak pernah memberikan nafkah kepada anaknya.

Ayah yang disembunyikaan, bukan berarti ayahnya hilang, namun sang ibu berusaha untuk menyembunyikan siapa sejatinya ayah bagi anak-anaknya entah berada di mana dan tidak pernah disambung komunikasinya.

Perceraian diperbolehkan Namun Tuhan Membencinya (Hamim Thohari Majdi)
Perceraian diperbolehkan Namun Tuhan Membencinya (Hamim Thohari Majdi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun