Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tak Perlu Bekerja untuk Mendapatkan Uang

19 Oktober 2022   22:51 Diperbarui: 19 Oktober 2022   22:55 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pada masa lampau, pekerjaan menjadi ukuran seseorang berharta atau cukup dan pas-pasan. Padahal ada saja mereka yang memiliki pekerjaan, namun tidak bisa mendulang rupiah setinggi gunung.   Sehingga untuk mendapatkan kesempatan kerja, harus memilki izajah selevel sarjana, kurang dari itu hanya menjadi pekerjaan menguatkan otot dan kucuran terurir.

Seseorang yang memiliki banyak rupiah tidak tampak jelas pekerjaannya, maka menimbulkan banyak spikulasi  dan sangat-sangat membatasi sosialisasi, kekhawatirkan menjadi sasaran "pesugihan" menjadi peralatan sumber kekayaan.

Dengan hadirnya era digital, melahirkan dompet digital, penjualan tanpa ada gudang atau display di etalase tempat barang penjualan, menjadi raga distributor tanpa harus memuliki stok opneme. Mereka pekerjaanya sebagai reseller, menajdi distrubutor seperti juragan.

Beberapa anak-anak muda, penjadi teka-teki memiliki sumber keuangan misterius, mereka tidak pernah bekerja, tidak kelihatan jalan ke kantor, sangat santai cepat memiliki investasi dan ATM nya berbobot.  Bangun sesukanya, tidak ada jam wajab untuk bekerja, sementara cuannya mengalir terus, menikmati kuliner berkeliling  berdharmawisata.

Prospek pekerjaan, jaman lampau orang berebut mencari pekerjaan, yang penting memiliki pekerjaan, upahnya tidak harus cukup, karena mereka membutuhkan status sosial sehingga  mendapat tempat dalam kelas di  lingkungannya.

Namun berbicara dalam prossek pekerjaan sebenarnya tidak  begitu menarik untuk  masalah kerja, banyak pekerjaan di sudut ruang kota atau di seluruh lingkungan, banyak sekali pekerjaan menghampar, tetapi yang memberikan gaji sejahtera ataupun bayaraan  sedikit yang mampu membelikan feed back dengan berkucurnya cuan.

Anak muda tidak mementingkan formalitas  bekerja, mereka lebih mengutamakan mendapatkan banyak uang dibanding dengan banyaknya pekerjaan.

Istilah yang viral pada kalangan pengusaha bahwa  perusahaan (pekerjaannya) berjalan sedangkan  pemiliknya berjalan-jalan, pada akhirnya untuk mengetahui rutinitas pada cabang perusahaan sambil terkesan hanya touring, berpetualang dan kelihatannya seperti tidak punya pekerjaannya, tetapi justru mereka kaum milenial memiliki sumber keuangan tanpa harus bekerja keras.

Mengekor pada tren virtual , maka banyak orang yang tidak bekerja apapun tetapi pundi-pundi rupiah mengisi bejana hingga puluhan bahkan  ratusan dan jutaan.

Maka kondisi atau keadaan genersasi kekinian, bila diminta untuk memilih bekerja atau memiliki pendapatan  dan pendapatannya lumintu, maka tidak ada pekerjaan sebagai hal utama, tetapi berkembangnya investasi, besuk hari di masa depan justru mereka yang akan lebih cepat sukses.

Tiidak perlu bekerja keras untuk menjadi orang sehat finansial, yang penting cuannya menjadi ternak rupiah, dalam arti harta bendanya telah melindungi dan menyuguhkan kesejahteraan terus tiada henti. Prespektif pekerjaan bukan kepada pengertian tekstual dengan adanya pekerjaan, tetapi tujuan utamanya adalah memiliki banyak saldonya. Bebas finansial leluasa mengelula uang dapur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun