Â
Bila Anda berjalan-jalan di kota sering kali menjumpai air mancur untuk melengkapi keindahan taman atau sekadar menjadi penghias di halaman. Hanya ada di sedikit tempat air mancur secara alami seperti di Nevada bernama Fly Ranch Geyser. Sementara di tempat lain hingga merata di belahan bumi, air mancur adalah hasil kreasi manusia.
Sungguh menyejukkan, memandang air mancur, terlebih ada harmoni seperti tarian atau gerakan yang tersusun rapi. Meliuk, bergantian naik turun membuat suasana gembira para pengunjung. Air mancur membuang segala kepenatan hati. Menghadirkan tawa hingga histeris menjeda kesadaran dan melayangkan hayalan.
Air mancur kini tidak saja berada di taman atau halaman rumah perorangan, di kantor, tempat rekreasi bahkan di fasilitas umum, seperti taman kota, alun-alun dan lainnya.
 Sebagai sumber kehidupan, ternyata air tidak saja menumbuhkan kesuburan seperti membasahi tanaman, pepohonan. Air  yang berada di sungai mampu menghidupi makhluk yang ada di sekitarnya. Seperti ikan, hewan ternak, bahkan untuk minum dan mencuci.
Setiap orang yang memimpikan membuat air mancur haruslah mengucurkan air keringatnya, bekerja sungguh-sungguh dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah, lalu dinikmatinya untuk mendapatkan kepuasan sebagai wujud kebanggaan dan mengusirÂ
kepenatan.
Namun air mancur yang berada di taman kota adalah milik bersama, kegagahan dan keindahannya sebagai perlambang keadaan batin harmoni waraga dengan pemimpinnya.
Ada dua sisi yang dihadirkan sebagai muara air mancur yaitu air mata duka dan  suka, tak terasa memang bila pengunjung atau yang menikmati keberadaan air mancur sejatinya merekalah yang mengisi airnya, seseorang menumpahkan air mata duka, sementara orang lain menuang air mata bahagia.
Bercampurnya cucuran air mata bahagia dengan air mata duka adalah saling menekan dan berebut kuasa, maka jalan tengah yang bisa ditempuh kemudian muncratlah air-air yang ada, mancur menjulang sekuat dorongan kebagian dan kesedihan.
Maka patut dipertanyakan dan menjadi bahan penikmatan keindahan air mancur, adakah air mata bahagia yang tertumpah membasahi batin warganya, atau justru tumpahan air sebagai bentuk kemurkaan.
Tetesan air mata, tak memiliki makna dan wujudnya terabaikan, bila berupa butiran-butiran yang terpisah. Sama halnya orang-orang yang kuat tetapi tidak mau disatukan, maka pada akhirnya akan saling mengalahkan satu dengan yang lain untuk menjatuhkan agar yang lain tersungkur, terhina, sementara dirinya bisa senyum di atas duka mereka.
Maka air mancurlah yang dapat menyatukan semua tetesan air mata, tangisan kesedihan, haru biru, pilu dan layu, semuanya meneteskan air mata, lalu berasa masam dan pahit karena duka mengandung racun, sementara wangi semerbak dari cucuran air mata bahagia, terkesima dan sulit berkata-kata, lalu air mata yang mengungkapnya.
Biarkan diri lupa dalam ketaksadaran memandangi air mancur, agar tertuang seluruh kerak kepedihan hingga jiwa menjadi bening. teteskan terus air mata jangan segera disudahi, selagi gembira menghampiri, nikmati.
tapi tak perlu tahu di mana air mata para penguasa tertumpah, tentu bukan menjadi konsumsi publik, harus dijaga kerahasiaanya, yang boleh diketahui dan harapan warganya adalah kapan air mata duka karena para pemimpin harena merasakan pahitnya nasib warga, dan gembira seiring senyum sejhtera jiwa raga warga.