Tetesan air mata, tak memiliki makna dan wujudnya terabaikan, bila berupa butiran-butiran yang terpisah. Sama halnya orang-orang yang kuat tetapi tidak mau disatukan, maka pada akhirnya akan saling mengalahkan satu dengan yang lain untuk menjatuhkan agar yang lain tersungkur, terhina, sementara dirinya bisa senyum di atas duka mereka.
Maka air mancurlah yang dapat menyatukan semua tetesan air mata, tangisan kesedihan, haru biru, pilu dan layu, semuanya meneteskan air mata, lalu berasa masam dan pahit karena duka mengandung racun, sementara wangi semerbak dari cucuran air mata bahagia, terkesima dan sulit berkata-kata, lalu air mata yang mengungkapnya.
Biarkan diri lupa dalam ketaksadaran memandangi air mancur, agar tertuang seluruh kerak kepedihan hingga jiwa menjadi bening. teteskan terus air mata jangan segera disudahi, selagi gembira menghampiri, nikmati.
tapi tak perlu tahu di mana air mata para penguasa tertumpah, tentu bukan menjadi konsumsi publik, harus dijaga kerahasiaanya, yang boleh diketahui dan harapan warganya adalah kapan air mata duka karena para pemimpin harena merasakan pahitnya nasib warga, dan gembira seiring senyum sejhtera jiwa raga warga.