Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semoga Air Minum Kemasan Tak Semahal BBM

24 September 2022   23:44 Diperbarui: 24 September 2022   23:57 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang nyata bahwa air memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sebagaimana pendapat filsuf thales. Tidakkah disadari bahwa awal kehidupan manusia berasal dari air hina yang bernama sperma. Kelahirannya disambut dengan tetes air mata kebahagiaan dan kepergiannya diantar dengan air mata kedukaan.

Lebih lanjut ada air mata duka, tertetes ketika  hati terluka. Menguras rasa menambah ketegangan. Bisa disebabkan kehilangan sesuatu yang dicintai. Berkonfrontasi atau peristiwa lain yang menyedihkan mengharuskan air mata menetes, seperti dalam lirik lagu "tak kan ku teteskan butir air mata, kecuali hanya untuk cinta.

Seseorang bekerja keras, bersungguh-sungguh hingga air keringat membasahi sekujur tubuh. Sebagai upaya dalam memperjuangkan sesuatu agar mencapai yang diharapkan, agar tetap bertahan hidup.

AIR UNTUK HIDUP

Air untuk hidup, artinya air sebagai kebutuhan hidup berguna dalam banyak hal meliputi ;  mencuci dan bersuci. Mencuci badan, pakaian, masakan, benda-benda yang kotor dan bersuci untuk wudhu. Sehingga membutuhkan air dalam jumlah banyak dan tidak cukup bila hanya dalam kemasan tentunya.

Air minum kemasan dalam satu sisi memberikan sajian unik dan menarik, mudah dikonsumsi dan dibawa ke mana saja. Di manapun tersedia dan tidak meragukan karena jernih dan menggoda tenggorokan, terlebih di wilayah tandus dan kawasan kumuh.

Bila pada kenyataannya sesuai hasil penelitian, karena kemasannya yang berbahaya. Maka perlu solusi. Sebab di kalangan masyarakat tingkat bawah mereka oke-oke saja dan belum ditemukan indikasi bahaya atau efek sampingnya. Apalagi mereka terbiasa menggunakan galon atau botol bekas untuk diisi ulang dan berulang-ulang.

Kemasan lain yang ramah lingkungan tentu membutuhkan pembiayaan lebih dan akan mempengaruhi harga produksi hingga di tangan konsumen. Bukankah sudah ada kemasan baru yang menawarkan minim bahaya dengan tambahan harga dari yang biasa.

Bagi kalangan atas kemasan baru justru meningkatkan harga diri dan menjadi pembeda dengan kelas bawah yang utama murah harga, kualitas urusan nomor dua.

Masalah yang menyertai dengan air minum kemasan, ketika digunakan memasak, tidaklah menggunakan kemasan dalam ukuran mili liter (ml), setidaknya dalam kemasan galon. Semakin ruwet dan mumet. Setelah hasil penelitian menyatakan tidak aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun