Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hobi adalah Hak

18 September 2022   13:44 Diperbarui: 18 September 2022   13:50 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Traveling di Goa Soekarno Sumenep (Sumber Gambar : Hamim Thohari Majdi)

 

Salah satu hak dalam berkeluarga adalah melakukan up grade diri, melakukan peningkatan kualitas masing-masing individu suami dan istri. Memang konsesp berumah tangga dari aku menjadi kita, dari milikku menjadi milik kita dan dari untukku menjadi untuk kita. Namun berkaitan dengan hobi, tetapkah berlaku hobiku menjadi hobi kita ?

Bagi pasangan suami istri yang memiliki beberapa kesamaan berkaitan dengan hobi, itu sih aman-aman saja, karena tidak membutuhkan waktu panjang dan energi berlebih ketika proses penguatan dan peneguhan hobi yang masih relevan terus dipertahankan ketika berkeluarga.

Masalahnya betul-betul muncul ketika suami dan istri memiliki perbedaan hobi yang sulit untuk dikompromikan, maka akan terjadi "rasa ewuh pakewuh" (serba salah), seperti dalam lirik lagu simalakama Kuturuti Ku Mati Emak Tak Dituruti Ku Mati Bapak ", terjadi perang dingin dalam rumah tangga, bila keduanya saling memaksa, memaksa untuk meneruskan hobinya dan istri memaksa memberhentikan hobi suaminya.

SERTAKAN ISTERI

Suami dan isteri adalah pasangan, seperti sepasang tangan kanan dan kiri, bila tangan kanan diayunkan dan tangan kiri bersi kokoh pada posisinya dan tidak mau berayun sama sekali, maka terjadi ketimpangan. Sangatlah berat tangan kanan untuk tetap berayun. Begitu juga hobi suami yang tidak didukung oleh istri.

Permasalahannya tidak sekadar puas menjalankan hobi dengan main paksa atau main serobot, tetapi sesuatu yang dipaksakan sulit untuk mendapatkan puncak kepuasan. Sebagaimana cumbu rayu laksana bertepuk sebelah tangan, tidak ada bumbu penghangat dan pemanis, hambar dan ambyar.

Mari bernalar sejenak, seorang suami memiliki hobi main bola (sepak bola), sementara sang istri tidak menyukai hobi suami dengan pertimbangan resiko, bukan karena tidak mengijini tanpa alasan. Maka ketika suami sedang menikmati hobinya, ada bunga-bunga kebahagiaan. Sementara di rumah istri memikirkan keselamatan sang suami.

Tentu sikap istri sebagaimana narasi di atas, merupakan bentuk kasih sayang, rasa sayang kepada suami, tidak ingin suaminya mengalami resiko cidera dan pada akhirnya menanggung kesakitan, hari-harinya dirundung pilu karena istri harus merawat sang suami agar segera pulih kembali.

Bukankah pada saat menjelang perkawinan sudah ada komitmen untuk saling menyenangkan dan menjalani berumah tangga penuh dengan romantisme, lalu diciderai dengan sikap kesewang-wenangan sepihak (sang suami). Untuk itu sertakan istri, bila memungkinkan ajak serta dalam menikmati hobi sang suami, selesaikan hal-hal yang tidak disenangi atau menjadi kecemasan istri bila sang suami tetap menjalankan hobinya. Bila tidak mungkin, tetaplah menjalani hobi dengan mengurangi volume dan tetap memberi tahukan kepada istri, selanjutnya apakah suami masih perlu persetujuan istri ?..... ya terserah diri masing-masing yang penting tidak ada yang merasa direndahkan dan merasa dikalahkan.

JANGAN MUDAH BERSUMPAH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun