Wabah PMK telah mengubah meja pesta kering dan hampa tanpa rawon. Para tamu undangan kini disuguhi makanan yang berasal dari unggas dan ikan (guramai, mujaer, lele dan sejenisnya), pesta kurang memiliki kehormatan, meski menggemakan kesederhanaan.
Dalam beberapa peristiwa perkawinan soto ayam atau nasi campur menjadi pengganti rawon, semoga hajatan tetap tak kehilangan maknanya.
TRAUMA DALAM KELUARGA
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) meski sudah tidak begitu keras gaungnya, seiring dengan berkurangnya korban dan tidak lagi virusnya menyerang secara masif. Namun masih ada efek yang tersisa, walau tidak banyak jumlahnya, bukan pada peternak, tetapi para konsumen.
Masih ada beberapa orang merasakan trauma dalam mengkonsumsi makanan olahan dari daging, utamanya ibu-ibu milenia. Mereka masih terpengaruh oleh komunitasnya, ada juga karena gengsi takut dianggap tidak mengikuti tren, sehingga menyetarakan dengan teman-temannya untuk menyatakan "tidak mengkonsumsi daging"
Dalam sebuah perjalanan rombongan ibu-ibu milenia usai makan siang, langsung melanjutkan perjalanan.Â
Di tengah perjalanan yang belum jauh dari rumah makan, seorang ibu mendekati lima puluh tahun usianya tiba-tiba berkata "ibu-ibu" seluruh anggota rombongan menyatukan tatapan matanya ke arah ibu ini, lalu dilanjutkan perkataannya "tidak terasa dan tidak sadar tadi kita makan bakso" semuanya bengong dan bersautan satu sama lain bercerita ada yang belum berani makan daging, baru sekali di rumah mertua, terpaksa menyantap karena bersama kawan lama dan lainnya. Dan tidak kalah menarik ada yang seakan-akan mau muntah.
Trauma di atas ada yang terbawa dalam keluarga, mereka tidak mau mengkonsumsi daging dan melarang anggota keluarga untuk menyantap daging. Padahal di antara anggota keluarga tidak semuanya menjauhi tidak berkehendak. Â
KEMBALIKAN RAWON DI MEJA MAKAN
Pentingnya  mengembalikan rawon di meja makan keluarga merupakan langkah awal dan aksi tepat untuk membiasakan suami-istri dan anak mengkonsumsi daging. Memang tidaklah mudah mengembalikan nafsu atau selera mereka, karena trauma dengan PMK.
Ayah bunda hendaklah menengok keluar rumah, bahwa keluarga-keluarga lain sudah mulai mengkonsumsi daging, nikmatnya rawon sudah mulai menggoda selera. Ibu-ibu tidak perlu membatasi diri dan hilangkan "gengsi" melakukan pembiasaan dalam keluarga mengkonsumsi daging.