Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengembalikan Rawon dalam Menu Keluarga

15 September 2022   06:41 Diperbarui: 15 September 2022   06:53 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rawon tinggal menunggu kuah, bayangkan nikmatnya (Sumber Gambar : Hamim Thohari Majdi)

Wabah PMK telah mengubah meja pesta kering dan hampa tanpa rawon. Para tamu undangan kini disuguhi makanan yang berasal dari unggas dan ikan (guramai, mujaer, lele dan sejenisnya), pesta kurang memiliki kehormatan, meski menggemakan kesederhanaan.

Dalam beberapa peristiwa perkawinan soto ayam atau nasi campur menjadi pengganti rawon, semoga hajatan tetap tak kehilangan maknanya.

TRAUMA DALAM KELUARGA

Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) meski sudah tidak begitu keras gaungnya, seiring dengan berkurangnya korban dan tidak lagi virusnya menyerang secara masif. Namun masih ada efek yang tersisa, walau tidak banyak jumlahnya, bukan pada peternak, tetapi para konsumen.

Masih ada beberapa orang merasakan trauma dalam mengkonsumsi makanan olahan dari daging, utamanya ibu-ibu milenia. Mereka masih terpengaruh oleh komunitasnya, ada juga karena gengsi takut dianggap tidak mengikuti tren, sehingga menyetarakan dengan teman-temannya untuk menyatakan "tidak mengkonsumsi daging"

Dalam sebuah perjalanan rombongan ibu-ibu milenia usai makan siang, langsung melanjutkan perjalanan. 

Di tengah perjalanan yang belum jauh dari rumah makan, seorang ibu mendekati lima puluh tahun usianya tiba-tiba berkata "ibu-ibu" seluruh anggota rombongan menyatukan tatapan matanya ke arah ibu ini, lalu dilanjutkan perkataannya "tidak terasa dan tidak sadar tadi kita makan bakso" semuanya bengong dan bersautan satu sama lain bercerita ada yang belum berani makan daging, baru sekali di rumah mertua, terpaksa menyantap karena bersama kawan lama dan lainnya. Dan tidak kalah menarik ada yang seakan-akan mau muntah.

Trauma di atas ada yang terbawa dalam keluarga, mereka tidak mau mengkonsumsi daging dan melarang anggota keluarga untuk menyantap daging. Padahal di antara anggota keluarga tidak semuanya menjauhi tidak berkehendak.  

KEMBALIKAN RAWON DI MEJA MAKAN

Pentingnya  mengembalikan rawon di meja makan keluarga merupakan langkah awal dan aksi tepat untuk membiasakan suami-istri dan anak mengkonsumsi daging. Memang tidaklah mudah mengembalikan nafsu atau selera mereka, karena trauma dengan PMK.

Ayah bunda hendaklah menengok keluar rumah, bahwa keluarga-keluarga lain sudah mulai mengkonsumsi daging, nikmatnya rawon sudah mulai menggoda selera. Ibu-ibu tidak perlu membatasi diri dan hilangkan "gengsi" melakukan pembiasaan dalam keluarga mengkonsumsi daging.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun