Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cara Mengatasi Anak Bicara

23 Agustus 2022   23:02 Diperbarui: 23 Agustus 2022   23:05 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

 

Ada  orang tua tidak suka dengan anaknya yang banyak bicara, seakan-akan tidak pernah kehabisan kata-kata, para orang tua memberi kode "diam, jangan banyak bicara", "ah, jangan suka nggedabrus (membual)", "sudah sana, jangan mengganggu orang tua sedang ada tamu", "bisa tidak, diam sejenak", "sebentar saja diam, gantian mama mau bicara".

Orang tua merasa terganggu, karena sang buah hati tidak senang kalau tidak bicara atau kadang menimpali pembicaraan. Banyak pertanyaan setiap langkahnya, apalagi bertemu atau menemukan hal baru.

Bagi orang tua yang  kurang terampil berbicara atau pengetahuannya pas-pasan, merasa terbebani dengan serbuan pertanyaan buah hati atas hal-hal yang tidak diketahui. Akhirnya orang tua mengeluarkan senjata pamungkas "diam kamu", "ayah tidak mau tahu, yang penting diam", "awas ya, nanti kalau  banyak bicara".

KASIHAN SEBAGAI ORANG TUA

Celoteh anak-anak, adalah sebuah keterampilan, dalam rangka mengembangkan kemampuan (kecerdasan} berbahasa, istilah dalam kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) adalah kecerdasan Verbal- linguistik.

Dalam kecerdasan majemuk seseorang   diyakini ada potensi dan harus  dilihat dari positifnya, seperti banyak bicara disebut dengan cerdas di bidang bahasa. Bagi orang tua yang tidak memahami atau tidak mengerti bahwa anak yang suka bicara adalah sebuah potensi atau keunikan dan keunggulan anak tersebut.

Kasihan sebagai orang tua yang tidak memahami potensi bahasa anaknya, maka akan mengakibatkan salah penanganan yang seharusnya diungkit dan dikembangkan, malah dibungkam dan dihadang. Inilah salah satu pandangan negatif orang tua, setelah melihat buah hatinya ceriwis dan cerewet.

Mengapa  kasihan sebagai orang tua, karena ketidak tahuannya, maka orang tua merasa terbebani, bahkan malu mendapati buah hatinya banyak bicara. Setelah itu barulah dikasihani anak-anak yang memiliki orang tua kurang peka terhadap kecerdasan anaknya.

MEMAHAMI ANAK CERDAS BERBAHASA

Secara awam, hampir semua orang bisa memahami bila memiliki buah hati yang  dominan kecerdasan bahas, di antaranya ;

  • Mudah memahami pesan, ketika menerima informasi utamanya dari penjelasan atau tulisan, anak yang memiliki kecerdasan bahasa dengan cepat mencerna dan secepat itu juga mengeluarkan informasi yang dibutuhkan. mudah mengulang cerita yang dibaca atau didengar. sangat mudah bila diminta untuk menyimpulkan dan menjadi notulen yang rapi.
  • Senang membaca dan menulis, bila orang tua mendapati anaknya senang membaca atau menulis, jangan dialihkan atau dilarang, beberapa kasus keluhan orang tua "wah, anak saya kalau beli buku, belum sampai di rumah sudah tuntas dibaca". Kadang di jalanan orang tuanya mengingatkan "anak, bacanya di rumah ya".   "kaca mata anak saya tebal, karena suka membaca"
  • Jago debat, kecenderungan anak yang banyak bicara, diikuti dengan senang berdebat, mempermasalahan banyak hal yang kecil bisa dibesarkan dan yang besar bisa tidak memiliki makna ketika sedang berdebat berargumen dengan lawan bicara. Pengolahan kalimat membuat semuanya bisa rinci dan tersusun rapi. membalas ucapan lawan bicara dengan memahami intinya, sehingga dengan mudah menyanggah melalui sanggahan atau penolakan, bahkan persetujuan. Orang tua harus memahami ketika buah hati senang menanggapi apa yang disampaikan orang lain, berarti anak ini sedang mengantongi tanda-tanda berkecerdasan verbal-linguisitik
  • Mampu berbicara memukau ketika pidato, tampil di depan masyarakat  umum menghadirkan energi bagi anak yang memiliki kecerdasan berbahasa, memukau bagi pendengarnya dan mudah berkesan serta mampu menggiring opini audien. Tema-tema ringan dapat disajikan secara apik, dengan narasi yang runtut. Mudah memahami siapa audiennya, dalam waktu singkat langsung bisa beradaptasi terhadap materi yang dibutuhkan. Anak-anak seperti sangat ringan bila diminta tampil berpidato.
  • Humoris, pandai membuat kelakar atau suasana cair setiap kehadirannya. Dalam beberapa penelitian bahwa orang-orang yang cerdas memiliki selera humor yang tinggi. Percakapan menjadi hidup, karena anak yang memiliki kecerdasan bahasa ini panda membuat topik dengan latar gurauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun