Mohon tunggu...
Abdul Hamid Al mansury
Abdul Hamid Al mansury Mohon Tunggu... Ilmuwan - Apa aja ditulis

Santri Darul Ulum Banyuanyar Alumni IAI Tazkia Wasekum HAL BPL PB HMI 2018-2020 Ketua Bidang PA HMI Cabang Bogor 2017-2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Spirit Idul Adha di Era New Normal

1 Agustus 2020   21:53 Diperbarui: 1 Agustus 2020   21:55 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arafah selain sebagai nama tempat melaksanakan ibadah haji ia juga memiliki arti yang beragam diantaranya adalah mengetahui, bijak dan adat yang lazim diketahui demikian juga dengan wuquf memiliki arti berhenti, berdiri, terputus dan penundaan.

Sebagai manusia yang beriman terlebih dahulu kita harus mengetahui siapa diri kita, siapa Tuhan kita, kenapa kita diciptakan, mengapa kita dijakan sebagai manusia, apa hak, tanggung jawab, tugas, peran dan kewajiban kita sebagai manusia dimuka bumi, apa dan siapa disekitar kita serta harus mengetahui hal-hal lainnya.

Untuk mengetahui hal itu tentu harus wuquf. Yaitu berhenti sejenak untuk berkontemplasi apa yang seharusnya kita lakukan, berdiri sebentar dengan tidak melangkah untuk mempersiapkan langkah-langkah berikutnya, memutus dari segala aktivitas yang kita lakukan sehari-hari untuk kemudian munyambungnya serta menunda segala kesenangan hidup yang bersifat sementara untuk mendapat kesenangan abadi.

Simpelnya ketika kita wuquf kita bertanya "what's next? Apa selanjutntya menuju jalan yang lurus?" Itulah instrumen penting yang harus dilakukan pada H-1 Idul Adha.

Setelah tarwiyah dan arafah dilanjutkan pada 10 Dzul Hijjah mendirikan sholat idul adha akan tetapi itu semua sifatnya individual. Setelah ibadah individu dilanjutkan ibadah sosial yaitu menyembelih hewan kurban. Bukan darah, daging atau yang lainnya dari hewan kurban yang akan sampai kepada Tuhan, melainkan ketakwaan kita karena kurban bermakna mendekatkan diri.

Berkurban setelah sholat idul adha itu hanya simbol bahwa Allah SWT tidak hanya menghendaki kesalehan individu tetapi juga kesalehan sosial. Artinya, Allah SWT menginginkan sholat idul adha dan berkurban itu terejawantah dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, kita akan merayakan hari raya idul adha dalam keadaan berdampingan dengan pandemi covid-19 yang tak kunjung usai. Sudah satu semester Indonesia dilanda covid-19, banyak pekerja, buruh dan lapisan masyarakat yang berekonomi lemah "diwuqufkan" dirumah sehingga tidak ada lagi pemasukan yang berakibat lemahnya daya beli akhirnya perekonomian nasional terancam depresi.

Keadaan demikian "diarafahi" pemerintah dengan menggelontorkan bansos triliunan rupiah. Apakah bansos itu cukup mengangkat perekonomian nasional? Tentu tidak, karena peran pemerintah saja tidak cukup.

Keadaan demikian harus juga "diarafahi" oleh kita atau mereka yang mampu secara ekonomi dengan cara "berkurban" sebagian dari harta yang dimiliki kepada mereka yang lemah, karena bisa jadi mereka yang lemah dimasa pandemi akan terpaksa melakukan misalnya pencurian demi sesuap nasi untuk menyambung hidupnya.

Jadi, semangat berkurban di hari raya idul adha inilah yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari terutama di era new normal. Selamat Hari Raya Idul Adha 1441 H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun