Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengantar Pulang ke Alam Gaib

29 Oktober 2019   08:20 Diperbarui: 29 Oktober 2019   08:25 8788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber: mimbar-rakyat.com

Pagi sampai siang pikiran-pikiran aneh soal itupun mulai hilang ditelan aktivitas bengongku yang memang gak ada acara apapun saat itu. Adzan dzuhur mulai terdengar di musholla terdekat di dusunku, dan aku masih nonton televisi ketika bapak dan ibuku mulai pergi ke musholla. Aku masih bengong nonton televisi ketika ibuku memanggil tepat ketika baru saja membuka pintu. Kaget juga sih, paling juga mau teriak ngingetin buat sholat dulu.

Tapi kali ini beda, ibu langsung mendekatiku sambil bilang kalau di musholla habis ketemu sama ibunya Mudu dan diceritakan juga kalau si Mudu sudah pulang sekitar jam 8 tadi. Katanya tiba-tiba saja Mudu pulang dengan menaiki motor bebeknya lalu waktu masuk rumah langsung ditanyain oleh ibunya dengan nada yang setengah marah. Tapi dia tidak menjawab sepatah katapun ke ibunya, bapaknya juga diabaikan begitu saja. Mudu hanya bengong seperti jiwanya tidak ada disitu.

Lalu ibunya yang menyadari ada yang berbeda dengan anaknya langsung menampar pipi kanannya dengan tangan kiri, karena ibunya Mudu memang seorang yang kidal. Seketika itu pula Mudu langsung tersadar dan kata ibunya dia langsung menangis dan dipeluknya anak satu-satunya itu.

Mendengar cerita itu akupun langsung beranjak dari depan televisi untuk mengambil air wudhu lalu sholat dengan niatan sehabis sholat langsung mau aku samperin tuh si Mudu, mau aku interogasi tuh si anak hilang. Tapi setelah selesai sholat aku malah berfikir ulang buat kesana, mungkin dia masih terguncang soal ini. Akhirnya aku memutuskan untuk nanti sore saja kesananya.

Sorenya hampir menjelang maghrib aku dengan berjalan kaki langsung menuju ke rumah Mudu membawa pikiran-pikiran yang mengganjal dan penuh dengan spekulasi. Belum sempat memanggil aku dah langsung dipersilahkan masuk oleh ibunya karena dia memang sedang duduk di teras rumahnya.

"kae lho Mudu nang njero kancanono"

(itu Mudu di dalam kamu temani ya) begitu katanya, aku hanya mengiyakan dan langsung masuk ke dalam rumah karena sudah antusias banget buat interigasi ni bocah. Begitu masuk langsung ketemu Mudu lagi duduk di depan televisi.

"Piye, minggat nandi wae maubengi kok Makmu isoh esuk-esuk nggegeri nggoleki nanggonku ?"

(gimana, pergi kemana aja tadi malam kok ibumu bisa pagi-pagi heboh cariin ke tempatku), langsung aku tanya to the point saja daripada lama-lama soalnya ini aneh banget menurutku.

"Aku ki lebar seko gonmu kae njur wes ra eling opo-opo Pis, teko-teko sadar yo wes esuk nang nduwur motor nang sebelah alun-alun kota mlaku arah ngidul."

(Aku tu setelah dari tempatmu itu trus gak inget apa-apa Pis, tiba-tiba sadar ya sudah di atas motor di sebelah alun-alun kota jalan arah ke selatan), Mudu langsung menjelaskan seadanya karena dia juga terlihat masih seperti orang agak bingung sore itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun