Mohon tunggu...
Fathul Hamdani
Fathul Hamdani Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Tak penting dimana kita terhenti, namun berikanlah penutup/akhir yang indah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berbicara dalam Ruang Rasa

30 Maret 2020   10:33 Diperbarui: 30 Juni 2020   08:24 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka pun langsung bertanya kenapa akhir-akhir ini sikap sahabatnya yang berambut keriting tapi agak lurus itu berubah kepada mereka, apakah ada yang salah dalam diri mereka sehingga membuatnya menjauh.
"Sebenarnya aku mau cerita sama kalian dari kemarin, tapi aku malu. Maaf kalau akhir-akhir ini aku jarang kumpul sama kalian, mungkin kedepan aku juga tidak akan bisa sering kumpul bareng kalian lagi," ungkap Aang pada teman-temannya.
"Kenapa? Apa karena pacarmu? Pacarmu nggak bolehin kamu bareng kita lagi?" tanya Dewi pada Aang.

"Aku tidak mau kehilangan orang yang kusayang untuk kesekian kalinya, aku tidak mau orang yang kusayang pergi meninggalkanku hanya karena aku jarang punya waktu untuknya, jarang bisa kasih dia perhatian," tegas Aang dengan nada sedih.
"Ya sudah jika kamu lebih memilih pacarmu daripada sahabatmu, mungkin lebih baik kita pulang saja," ungkap Dewi dengan nada sedikit kecewa. Dafa dan Putri hanya terlihat diam saja, namun sepertinya sedang merenungkan sesuatu.

"Aku tidak ingin mengubah pilihanmu, dan juga tidak untuk membuatmu jauh dari pacarmu, rasa takut kehilangan dan ditinggalkan oleh orang yang kita sayang itu wajar, kita menghargai pilihanmu, namun ingatlah bahwa tidak semua orang bisa bertahan dalam pilihannya, hari ini kamu bisa memilih bahwa dia kelak yang akan mendampingimu, tapi kamu tidak akan pernah bisa memilih kelak hatimu untuk siapa. Maka mencintailah dengan sewajarnya, agar ketika ditinggalkan sakitnya pun tak seberapa. Begitupun dengan sahabatmu, maka rasa takut kehilangan dan ditinggalkan oleh sahabat yang kita sayang adalah ketika ia bertemu dengan orang spesial dan tidak bisa menempatkan posisi antara pacar dan sahabat," jelas Dafa panjang lebar, ia berharap agar sahabatnya yang berambut kriting namun agak lurus itu bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu keputusan.

"Pacaran itu tentang menerima, dan cinta bukan untuk dituntut, apakah yang dilakukan pacarmu adalah sebuah tuntutan? Jika dia benar-benar mencintaimu maka buatlah dia mengerti," ungkap Putri, ia mencoba memberikan pemahaman kepada Aang agar persahabatan mereka selama ini tidak hancur begitu saja hanya karena persoalan cinta yang salah dimengerti.

Aang terlihat merenungkan apa yang disampaikan sahabat-sahabatnya. "Makasih teman-teman, kalian telah membuka pikiranku dan membuatku sadar, seharusnya aku bisa lebih dewasa lagi menyikapi ini semua, aku akan mencoba membuatnya paham," jawab Aang sambil bersedih, ia terlihat ingin menangis namun malu diolok oleh Dewi.

Mereka pun akhirnya akur kembali. Hari-hari selanjutnya persahabatan mereka terlihat semakin erat, mereka semakin sering kumpul bersama dan keluar bersama hanya untuk sekadar bersantai dan melupakan sejenak kesibukan kampus yang begitu padat. Empat orang sahabat yang mencoba memahami apa arti rasa yang sesungguhnya walaupun rasa tak mampu didefinisikan.

"Cinta itu perihal ekspektasi, buruk yang kamu pikirkan maka buruk pula yang kamu rasakan. Karena cinta itu tentang rasa, maka hadirkanlah keindahan dalam ruang rasa agar ekspektasimu tentang cinta jauh lebih berwarna." -Hamdani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun