Mohon tunggu...
Hamdanil Rasyid
Hamdanil Rasyid Mohon Tunggu... karyawan swasta -

https://twitter.com/hamdanil\r\nhttps://www.facebook.com/hamdanil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Nasib Indonesia Bakal Jauh Lebih Baik seandainya Dijajah Inggris?

10 Agustus 2014   14:20 Diperbarui: 4 April 2017   17:33 4992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kadang kita tergoda untuk membandingkan nasib negara-negara berdasarkan penjajahnya di zaman dulu. Salah satu pendapat yang saya kadang dengar adalah, negara jajahan Inggris sepertinya saat ini lebih maju. Lihat saja Amerika Serikat, Australia dan Kanada. Bahkan Malaysia juga dalam banyak hal sekarang lebih maju dibanding Indonesia.[1]

Menurut saya, salah satu kelemahan dalam perbandingan seperti ini adalah kurangnya sampel. Terutama negara bekas jajahan Belanda sedikit sekali, dan kebanyakan juga negara-negara kecil, jadi kurang valid kalau mengambil kesimpulan dari sini. Negara jajahan Inggris banyak sekali, termasuk yang maju, yang menengah (misal Malaysia dan India), dan yang tertinggal seperti misalnya Zimbabwe dan Burma.

Negara-negara maju seperti Australia, Amerika Serikat dan Kanada adalah bekas jajahan Inggris, dan memang salah satu faktor utamanya adalah faktor sejarah kolonial. Tapi kurang tepat kalau dikatakan mereka maju karena mereka adalah bekas jajahan Inggris. Untuk membahas lebih lanjut kenapa negara-negara ini "mewarisi" tingkat kemajuan dan kemakmuran bekas penjajahnya, perlu kita kelopmpokkan daerah "bekas jajahan" menjadi 2 tipe:

Daerah eksploitasi sumber daya, seperti Indonesia, India dan Malaysia. Negara penjajah menguasai daerah-daerah ini untuk menguasai sumber dayanya, misalnya sumber daya alam seperti rempah-rempah, atau manusia, misalnya penduduknya dijadikan tentara atau pekerja. Untuk jajahan seperti ini, para penjajah kolonial hanya mengirim dan membangun secukupnya, agar sumber daya ini bisa dimanfaatkan secara optimal. Jalan-jalan dibangun, penduduk asli dilatih dan sebagian diberi pendidikan, tapi tujuan mereka adalah agar bisa memanfaatkan, bukan untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat tinggal permanen.

Sebaliknya, ada juga daerah koloni atau pemukiman, seperti AS dan Australia. Bukannya memanfaatkan penduduk setempat, bangsa Eropa datang untuk menjadikannya tempat tinggal mereka. Mereka membangun negeri baru bergaya Eropa, termasuk pendidikan dan infrastruktur, agar para pemukim bisa hidup di negara yang maju dan sustainable tanpa tergantung pada penduduk asli. Para penduduk asli (misalnya suku Indian di Amerika) didominasi, dikalahkan dan diusir sedemikian rupa sehingga jumlahnya sangat sedikit dan tidak terlalu berinteraksi dengan pemukim dari Eropa. Daerah jajahan tipe ini cenderung menjadi lebih maju seperti bekas negara induknya di Eropa.

Dari dua tipe ini, jelas sekali Indonesia adalah tipe pertama. Ketika bangsa Eropa datang ke Nusantara, sudah sangat banyak penduduknya, dan kesultanan dan kerajaan yang ada saat itu juga sudah relatif maju (relatif terhadap suku Indian Amerika) sehingga tidak bisa dihancurkan atau dilenyapkan oleh bangsa Eropa. Selain itu tantangan juga menyebabkan bangsa Eropa tidak bisa bermigrasi secara besar-besaran ke Nusantara. Siapapun penjajah yang mendominasi Indonesia, Inggris atau Belanda, karena faktor penduduk, perlawanan dan iklim diatas tidak mungkin mereka mendirikan negara baru tipe koloni atau pemukiman seperti di Amerika.

Menurut saya inilah penjelasan, dari segi sejarah, kenapa ada perbedaan antara bekas jajahan seperti Amerika Serikat dan Australia, dan bekas jajahan seperti Indonesia dan India. Maju tidaknya suatu bangsa tergantung bangsa itu sendiri, tidak terlalu tergantung pada apakah itu Inggris atau Belanda yang tadinya menjajah negara itu.

[1] Misal menurut HDI (2014), Malaysia adalah negara "high human development", sedangkan Indonesia hanya "medium" http://hdr.undp.org/sites/default/files/hdr14-report-en-1.pdf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun